08. Dinner

1.6K 244 11
                                    

"Psstt... Lalice-ya." Jihyo berbisik kepada Lalice yang duduk di depannya.

Kedua mahasiswi jurusan fashion design itu tengah berada di perpustakaan. Di atas meja mereka terhampar beberapa buku tentang fashion dan beberapa buku lain yang sejenis. Laptop menyala, sibuk mengetikkan sesuatu.

"Hm?" Tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop, Lalice menyahut.

Jihyo menggeser bangkunya, merapat ke meja, memudahkannya untuk berbisik. "Menurutmu, apa yang sedang disiapkan oleh Miss. Tiffany?"

Lalice yang sama sekali tidak tertarik, mengangkat bahunya singkat. "Molla."

"Kau tidak penasaran?" Tanya Jihyo yang dibalas dengan gelengan oleh Lalice.

"Tapi aku dengar, salah satu dari teman kita tidak sengaja menguping percakapan Miss. Tiffany dengan--"

Ctak!

Jari Lalice menghentak keyboard laptopnya. Kedua matanya melihat ke arah Jihyo tajam setelah sejak tadi hanya menatap layar laptop.

"Kau tidak sopan, Jihyo-ya." Desis Lalice dengan suara rendah.

"Tetapi bukan aku yang menguping!"

"Ssttt!" Tegur seorang mahasiswi berkacamata tebal yang menempati meja bersebelahan dengan mereka. Suara Jihyo terlalu keras.

Jihyo hanya menyunggingkan senyum, meminta maaf. Lalu melanjutkan percakapannya dengan Lalice. "Tetapi bukan aku yang menguping."

"Tetap saja, itu tidak sopan." Lalice kembali mengetik, meneruskan tugasnya.

Gadis bermarga Park itu mendengus. "Dengar, kau pasti juga akan bersemangat setelah aku mengatakan apa yang dibicarakan oleh Miss. Tiffany dengan ketua jurusan kita."

Tidak ada tanggapan dari Lalice. Gadis berkacamata itu kini beralih mengambil buku di dekatnya. Membalik beberapa halaman. Namun, Jihyo tetap melanjutkan ucapannya. Sepertinya dia sudah tidak peduli atau terbiasa dengan sikap acuh tak acuh Lalice.

"Miss. Tiffany berusaha mendapatkan izin agar kita bisa mengikuti study tour ke Paris!" Jihyo kembali mendapat teguran dari meja sebelah, tetapi tidak dhiraukan oleh gadis tersebut. Dia tersenyum dengan lebar saat melihat Lalice terpengaruh oleh kalimatnya.

Kedua mata bundar Lalice tertuju kepada Jihyo. Menatapnya tidak percaya. "Study tour? Ke Paris?"

Jihyo menganggukkan kepalanya kuat-kuat. "Eoh, benar!"

Sayangnya, ekspresi antusias Lalice hanya bertahan satu detik, setelah itu wajahnya kembali datar. "Kau mendengarnya dari menguping, jadi itu belum tentu pasti."

Bahu Jihyo langsung jatuh. Wajahnya berubah cemberut. "Ah, wae? Kau tidak asyik--Ah!"

Sebuah kertas yang diremas-remas mendarat di kepala Jihyo. Kepala gadis bermarga Park itu langsung menoleh ke samping, tempat dimana mahasiswi berkacamata tebal itu duduk. Mahasiswi tersebut sempat melirik Jihyo tajam, sebelum kembali dengan bukunya.

Jihyo mengambil kertas tersebut, dia tidak ingin dituduh membuang sampah sembarangan oleh penjaga perpustakaan karena kertas itu berada di dekatnya. Saat itulah Jihyo melihat ada coretan-coretan pada kertas.

Penasaran, dia membuka kertas tersebut. Kedua matanya melebar, mulutnya terbuka membaca tulisan yang tertera.

"Wae?" Tanya Lalice bingung. Bukannya menjawab Jihyo malah memberikan tatapan mematikan kepada mahasiswi itu.

Lalice kemudian mengambil kertas di tangan Jihyo, karena teman satu jurusannya itu terlalu sibuk mengirimkan sinyal perang kepada mahasiswi yang tidak mereka kenal.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang