10

9.2K 863 70
                                    

"Nanti bilangin ke Jisung sekalian sama isi bensin"
"Uangnya pake uang susu kemaren aja" ujar si paman saat hendak berangkat ke balai desa.

"Iya paman" jawab Chenle singkat saat ia menyelesaikan sarapannya.

"Nanti pas di danau nurut apa kata Jisung ya, jangan bandel, jangan macem macem"

"Iyaaaa, udah iiih paman nda usah ikut ikut papa bawelnya" gerutu Chenle saat sang paman mulai banyak bicara.

"Paman cuma ingetin loh, kok malah di omelin" ujar si paman sembari mengusak surai Chenle gemas dan setelahnya mendapat kikian dari kedua temannya yang juga tengah sarapan.

"Ya habisnya, udah berapa kali paman ngomongin itu?" Dumalnya yang masih mengerucutkan bibirnya.

"Iyadeh, pokoknya kalian hati hati ya"
"Dengerin kata Jisung"
"Paman berangkat" pamitnya sebelum berangkat.

"Emang tempatnya angker?" Bisik Nana.

"Nda tau, tapi tempatnya cantik kok"
"Deket jalanan utama juga, jadi kalaupun emang angker nda bakal semenakutkan itu" jelas Chenle mencoba mengingat ngingat penampakan danau dari jalan yang sempat ia lewati dengan Jisung beberapa hari yang lalu.

"Udahlah, kalaupun angker kenapa sih?"
"Kalau kita sopan dan nurut sama Jisung kita pasti baik baik aja" celetuk Injun.

~o0o~

Setelah menyelesaikan sarapan dan bersiap, mereka langsung pergi ke danau yang Chenle sarankan.

"Kata paman suruh isi bensin dulu mas, pakai uang susu yang kemarin aja katanya" ujar Chenle mengingat pesan sang paman sebelum memulai perjalanan.

"Iya, nanti aja pas pulangnya"
"Kalau isi sekarang kita bakal muter jauh banget" jelas Jisung yang mendapat anggukan dari Chenle.

"Ji"
"Tempatnya aman kan?" Tanya Nana yang berada di kursi belakang.

"Maksudnya?" Kernyit Jisung bingung dengan pertanyaan yang Nana lontarkan.

"Bukan tempat angker atau semacamnya kan?" Tanyanya lagi.

"Hahaha, engga lah"
"Kenapa tiba tiba nanyain gitu sih?"

"Ya habis tadi si paman bilang suruh hati hati mulu trus juga disuruh nurut sama kata mas"
"Ya kita kan jadi mikir kemana mana" jawab Chenle menjelaskan.

"Tapi kayanya maksud pak kades bukan ke hal kaya gitu deh"
"Tapi ya emang harus hati hati aja"
"Tempatnya kan emang lembab, mungkin takut kepleset jatoh, atau kejatohan dahan pohon lapuk-"

"Kok lo gitu sih ngomongnya" sewot Nana yang membuat Jisung semakin bingung.

Lah, bukannya tadi nanya?

Tak ingin berdebat, mereka kembali di fokuskan dengan perjalanan mereka yang ditemani bentangan kebun yang ditanami berbagai macam jenis buah dan sayur rambat. Bukan hanya itu saja, setelahnya mereka lagi lagi dimanjakan dengan trowongan pohon Ketapang Kencana yang dahan dahannya bagaikan atap yang menutupi jalanan mereka.

"Cantik banget" kagum Injun sembari membuka kaca mobilnya.

"Kemaren kita nda lewat sini deh kayanya"
"Apa aku yang nda sadar?" Celetuk Chenle yang juga dibuat kagum.

"Emang ngga lewat sini"
"Sengaja juga saya lewatin sini biar kalian suka, walau jadi agak jauh karena kita lewat belakang danau"

"Iiih pantesan, tapi ini beneran cantik loh mas"
"Ada namanya kah?"

"Ngga ada, cuma jalan biasa aja"
"Dulu pas masih sekolah saya sering lewat sini"

Chenle hanya mengangguk sebagai respon, dan tak lama merekapun sudah sampai di danau yang Chenle sarankan.

Bloom - Jichen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang