44

6.4K 651 139
                                    

"Besok kalian mau ikut aku ngga?" Tanya Chenle pada kedua temannya.

"Kemana?" Tanya Caca sembari menyantap makan malamnya.

"Rumah pamanku"

"Rumahnya mana?"

"Deket sini kok"

"Loh, kamu punya paman yang rumahnya sini? Kok ngga bilang?"
"Pantes aja pas awal dateng kamu kaya udah kenal aja sama tempat ini" Cercah Misa yang membuat Chenle jadi merasa tak enak.

"Ngga papa sih"
"Kalian mau ikut ngga? Tempatnya enak loh, sebelahnya juga ada bentangan sawah luas banget"
"Pokoknya enak banget deh"

"Boleh deh, sekalian jalan jalan ngga sih?" Celetuk Caca yang langsung mendapat anggukan setuju dari Misa.

Keesokan paginya mereka bertiga langsung pergi ke rumah paman Chenle, jaraknya lumayan jauh kalau jalan kaki, tapi karena mereka tak memiliki kendaraan jadi tak ada pilihan lain selain jalan kaki.

Saat sampai di sana Chenle malah di buat salah fokus dengan rumah sebelah sang paman yang terlihat jauh berbeda dari lima tahun yang lalu.

Jantungnya berdebar tak karuan, semalam ia baru kepikiran jika ia pergi mengunjungi pamannya besar kemungkinan ia akan bertemu dengan istri Jisung, ia belum menyiapkan hatinya untuk hal itu.

"Rumahnya mana le?" Tanya Caca yang bingung karena tiba tiba berhenti.

"Hm? Ini, ini rumahnya" ujar Chenle yang langsung masuk ke pekarangan rumah yang sangat asri tersebut.

"Rumahnya bagus banget Le~" girang Misa saat melihat tanaman bunga yang cantik di pekarangan depan rumah pamannya.

Chenle juga masih melihat lincak yang dulu sering ia tempati untuk mengobrol bersama Nana Injun dan juga Jisung. Tempat ini benar benar membuatnya seakan kembali ke masa lalunya.

"Bibi~"
"Adek Lala~" panggil Chenle saat pintu kayu itu masih tertutup.

"Pamaaan" panggilnya lagi karena dirasa belum mendapat resop dari sang pemilik rumah.

"Kakak Lalanya lagi pergi sama mbah ibuu~" suatan anak kecil yang membuat ketiga bocah itu langsung mencari dimana sumber suara.

"Loh, KAKAK DOKTEEEERRR~" ya, teriak Ica saat netranya bertatapan dengan Chenle.

Ica yang awalnya tengah bermain di ayuna langsung berlari menuju pagar samping yang membatasi pekarangan rumah sang paman dengan rumah Jisung.

"Loh, itu Ica" ujar Misa yang langsung mendekati Ica.

Chenle yang tak berharap bertemu dengan tetangga sebelah, malah Ica yang menyambut kedatangannya lebih dulu.

"Halo Ica"
"Ica kok di sini? Ini rumah Ica ya?" Tanya Misa pada bocah TK tersebut.

Misa dan Caca juga dekat dengan Ica, karena bocah itu sering kali main ke polindes setelah pulang sekolah guna menunggu sang ayah.

"Iya dok, ini rumah Ica"
"Dokter Misa ngapain ke sini?" Tanya bocah itu pada Misa.

"Dokter mau main ke rumah pamannya dokter Chenle, tapi kayanya ngga ada deh"

"Loh, kakak dokter temennya mbah kong juga?"

"Hahahaha, iya" kekeh Misa karena gemas.

"Tapi mbah kong, mbah ibu sama kakak lala nya lagi pergi-"

"Icaa~" suara paruh baya itu membuat ketiga bocah kota kembali teralihkan.

Seorang wanita berusia sekitar limapuluhan itu keluar rumah sembari membawa mangkok yang sepertinya berisi nasi untuk menyuapi Ica.

"Loh siapa ini?" Tanya wanita itu saat melihat sang cucu yang tengah mengobrol dengan orang asing.

Bloom - Jichen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang