25

5.8K 653 178
                                    

Hhhh....

Sudah berapa kali Jisung menghebuskan napasnya kasar karena ulah Chenle pagi ini.

Saat bangun tidur tadi Jisung sudah dikejutkan oleh Chenle yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya memeluk boneka kelinci dengan raut wajahnya yang akan menangis.

Jisung yang melihat itu tentu saja panik bukan main. Tapi saat si manis sudah berada dipelukannya ia tau alasan apa yang membuat kekasihnya itu bersedih.

"Mas jangan pulaaaang~" rengeknya dalam pelukan Jisung.

Sebisa mungkin Jisung menenangkan Chenle agar si manis tak berlarut dalam kesedihannya.

Tapi sepertinya usaha Jisung terasa sia sia karena si cantik akan tiba tiba menangis dan terus merengek kepada Jisung agar ia tak kembali pulang.

"Udahlah dek nangisnya, lebay banget kamu"
"Sekarang jaman juga udah canggih"
"Kalian masih bisa ngelakuin panggilan video kalau kangen"
"Biarin Jisung pulang, dia juga ada kewajiban yang harus dia lakuin di sana" tegur si papa saat sarapan dan melihat Chenle yang hanya mengaduk aduk makanannya dengan bibir yang masih melengkung ke bawah.

"Papa nda tau ih rasanya" dumalnya karena merasa kesal.

"Heh! papa juga pernah muda ya"
"Dulu malah jaman papa belum ada tuh handphone canggih kaya sekarang"
"Udah ngga usah nangis gitu"

"Nanti mau berangkat jam berapa Ji?" Tanya si papa yang beralih kepada Jisung.

"Keretanya jam setengah duabelas pak, tapi nanti saya mau beliin oleh oleh dulu buat adek saya" jelas Jisung.

"Oh gitu, nanti tak anter aja ya" tawar si papa.

"Eh, ngga usah-"

"Ngga papa, mumpung lagi libur Ji"

"Oh iya pak, maaf kalau ngerepotin"

"Repot apanya to Ji? Ya ngga repot lah"
"Nanti jalan jam sembilan aja gimana?"
"Jaga jaga kalau macet"

"Oh iya ngga papa pak, habis ini saya beresin barang saya dulu"

Setelah selesai makan, Jisung langsung menuju kamarnya membereskan barang barangnya untuk  persiapan pulang. Dan lagi lagi Chenle masih saja setia mengikutinya. Pria manis itu hanya duduk di pinggir ranjang sembari menatap Jisung sendu dan sesekali merengek memanggil nama Jisung.

"Hhh...."
"Kamu jangan sedih gini dong, mas kan jadi ngga tega buat ninggalin kamu pulang"
"Kita kan masih bisa tefonan tiap hari"
"Kaya biasanya, ya" Ujar Jisung yang sudah berjongkok di depan Chenle sembari menggenggam tangan si manis.

"Nanti main sini lagi kan?" Cicitnya sembari menahan air matanya yang akan tumpah.

"Iya nanti bakal main sini lagi"
"Mas juga bakal kangen kamu dan pengen ketemu kamu juga"
"Jadi jangan sedih ya" tuturnya yang masih berusaha menenangkan si manis.

"Nda lama kan?"

"Doain aja biar rejeki mas lancar terus dan bisa sering ke sini hm?" Ujarnya sembari menyelipkan rambut si manis yang mulai agak panjang ke belakang telinganya.

Chenle yang mendapat penuturan seperti itu hanya mengangguk patuh.

Jisung yang sudah merasa gemas dengan si manis langsung saja mendekatkan wajahnya dan melumat bibir ranum si manis yang terlihat semakin memerah karena menangis.

Chenle tak hanya diam ia ikut membalas lumatan Jisung sembari mengalungkan lengannya pada bahu prianya.

Keduanya sama sama menyalurkan rasa sayang mereka. Jika bisa Jisung juga ingin berlama lama di sini namun ia juga tak bisa meninggalkan kewajibannya.

Bloom - Jichen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang