9

8.2K 909 238
                                    

Malam harinya anak anak itu langsung membuat acara pesta kecil kecilan sembari mengolah bahan bahan yang mereka dapet saat di sawah tadi.

"jisung kuliah?" Tanya injun saat mengolesi jagung dan belut di sebelah Jisung yang juga tengah menyiapkan arang untuk membakar belut dan juga jagung yang mereka dapat tadi.

"iya, baru semester tiga"

"waah keren ya bisa kerja sambil kuliah gini, apa ngga bentrok sama jadwal kulianya?" Tanya Injun yang penasaran.

"engga sih, untung kerjanya ikut pak kades jadi masih bisa paham sama jadwal kuliahnya"

"keren keren" puji Injun.
"ini langsung letak situ ya?"

"iya, langsung bakar sini aja mumpung udah nyala apinya"

Setelah memasrahi jisung untuk membakar jagung dan belut yang sudah ia lumuri bumbu, Injun memilih untuk kembali bersama Chenle dan Nana di dipan yang mereka letakkan di bawah pohon mangga di pelataran rumah.

"wiih ada buah juga?" tanya Injun saat mihat Nana tengah memotong buah semangka.

"iya dibeliin bibi tadi"
"keliatan fresh banget kan? Premium ini pasti" ujar Nana sembari menyuapi Injun potongan semangka yang sudah ia irisi.

"eh, beneran renyah dan berair banget"
"semangka mahal ini pasti" puji Injun yang langsung menyuapi Chenle yang sedari tadi sudah menatapnya berbinar.

"eh iya, Nichol nyariin kamu loh dek"
"Udah berapa kali dia bikin onar di arena cuma buat nyariin kamu" ujar Nana pada Chenle.

"Halah, sok sok an nyariin buat apasih?"
"Nda inget apa sama kelakuannya kemaren?"
"Aku juga nda bakal peduli lagi kalai dia nyariin" dumal Chenle yang kesal.

"Utututu bayiiii" gemas Injun sembari menggelitik dagu Chenle.

"nanti pas awal masuk sekolah kita aja ya yang anter, biar Nichol ngga berani macem macem" pinta Nana dan sikap proteltifnya jika bersangkutan dengan Chenle.

"apasih, nda ah aku kan bukan anak kecil"
"aku berani kok hadapin dia"sela Chenle tak suka.

"ngga, kita bakal tetep anter kamu ke sekolah nanti" sangkal Nana.

"kalian tuh kebiasaan tau nda!" kesal Chenle yang langsung melenggang pergi dan memilih menghampiri Jisung yang sepertinya tengah asyik memanggang.

"wiiih wangi baget mas" seru Chenle saat indra penciumannya menghirup aroma sedap dari bumbu bakar yang terkena api.

"mau coba?" tawar Jisung.
Chenle yang mendapat penawaran seperti itu langsung menganggukkan kepalanya antusias.

Langsung saja diambilkannya potongan belut yang sudah matang dan dengan telaten pula Jisung meniupi daging itu sebelum menyuapkannya pada Chenle.

"panas ngga?" tanya Jisung setelah Chenle menerima suapannya dan langsung mendapat gelengan dari si manis sabagi jawaban.
"Enak?" tanyanya lagi.

"eum, enak pas banget rasanya"
"pinter banget mas bikin bumbunya" puji Chenle pada hasil racikan bumbu yang Jisung buat. Jisung yang dipuji seperti itu hanya bisa tersenyum.

"aku boleh nyoba buat bakar nda?" tanyanya disertai dengan rasa penasaran.

"nih, tapi hati hati ya, aranya kadang meletik kemana mana" terang Jisung yang mendapat anggukan dari Chenle.

Chenle mulai megipasi panggangannya dengan hati hati tak ingin membuat apinya mati seperti saat pertama kali ia membantu sang paman dulu. Hingga tanpa mereka sadari interksi kecil mereka berhasil membuat kedua orang kota lainnya ikut tersenyum.

Bloom - Jichen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang