8

8.6K 894 76
                                    

Ketiga bocah kota itu sudah sampai di kediaman pak kades. Syola yang sudah tak sabar menunggu mereka langsung girang kesenangan melihat temen teman Chenle yang sudah ada di rumahnya.

"Kalian pasti capek ya di perjalanan tadi, ayo istirahat aja dulu udah bibi siapin kamar buat kalian" ujar sang bibi saat menyambut kedua tamu barunya.

"Ngga capek kok bi, malah kita abis ini niat mau jalan jalan di sawah sebelah situ"
"Tadi udah janji juga sama Jisung" ujar Nana pada sang bibi.

"Oalah ya sudah, kalian bongkar aja dulu barang barangnya di kamar"
"Adek, anterin kakak kakaknya ke kamar ya" pinta si bibi pada adek Syola yang langsung mengangguk patuh.

Kamar yang mereka tempati bersebelahan dengan kamar Syola dan Chenle, tak terlalu besar tapi terasa sangat nyaman.

"Adek Syola udah kelas berapa nih?" Tanya Injun pada Lala yang masih terlihat setia menunggu mereka di kamar yang sudah ibunya siapkan.

"Kelas lima" cicitnya malu malu.

"Udah gede yaa~"
"Chenle kalau disini ngerepotin ngga? Bawel ngga dia?" Tanya Injun yang langsung mendapat tatapan kesal dari Chenle.

"Nda kok, kakak ngga ngerepotin, kakak bahkan bilang kalau mau di sini lama lama" jelas Lala sembari memeluk pinggang Chenle.

"Lah, ngga biasanya dia betah di sini" timpal Nana.

"Ya gimana ngga betah, lha wong tour guide nya aja seganteng itu" ledek Injun pada Chenle.

"Eh iya ya, kayanya juga udah lupa sama yang sono" ujar Nana meninpali.

"Kalian kenapa sih, padahal nda loh"
"Di sini emang seru aja, kita kalau di rumah nda pernah nemuin hal hal baru kaya di sini, jadinya aku seneng di sini lama lama" jelas Chenle dengan bibirnya yang masih mengerucut kesal.

"Halah, kita udah kenal kamu ngga cuma satu dua minggu, kita udah hapal ya sama sikap kamu"
"Tapi ngga papa, kita bersyukur kamu bisa langsung seneng seneng di sini, dan ngga nginget si playboy itu" terang Injun setelah selesai menata barangnya.

"Tapi dia juga nda ada hubungin aku loh setelah itu, aku kira dia bakal sedih, tapi kayanya nda"
"Kayanya juga dia nda ada rasa kehilangan setelah putus"
"Bener kata temen temen kalau disini cuma aku yang ada rasa, dianya enda"
"Cuma buat seneng seneng aja ya ternyata" cicit Chenle yang sedikit sedih mengingat kisah cintanya.

"Utututu little sun"
"Ngga usah di inget lagi ya, kita seneng seneng aja di sini"
"Okay?"
"Orang kaya gitu, ngga pantes kamu pikirin sampe berlarut larut"
"Kan udah ada Jisung" ledek Nana di akhir kalimatnya.

"Iiiihhh, apaan sih"
"Udah ayo kita jalan ntar keburu makin sore"

"Lala ikut ya!!!" Pekik adek Syola yang ternyata masih ada di sana.

~o0o~

Mereka terlihat sudah berjalan jalan di area persawahan, di temani Jisung dan kedua bocah lainnya Javin dan Syola. Mereka menuju sawah pak kades, Jisung bilang mau ngusir burung, sama liatin jebakan tikus yang udah dia pasang.

"Ini mah namanya beneran lautan padi" celetuk Injun yang dibuat terkesima melihat pemandangan yang baru pertama kami dilihatnya.

"Di sana ada gubug, kita boleh ke sana ngga?" Tanya Nana pada Jisung saat netranya menangkap bangunan gubug di tengah sawah.

"Boleh, saya juga mau ke sana buat usir burung burung"

Untuk menuju ke gubug itu mereka harus melewati jalan setapak yang memang benar benar kecil, jalanan yang memang biasa ada di antara sawah yang orang sana biasa menyebutnya galengan. Adek Lala dan Javin sudah lebih awal sampai di gubug, mereka sudah biasa melewati jalanan ini jadi dengan berlaripun tak akan membuat mereka jatuh. Beda halnya dengan ketiga bocah kota yang baru kali ini menapakkan kakinya di jalanan sawah.

Bloom - Jichen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang