Pagi ini ketiga bocah kota itu terlihat sudah bangun, tidak seperti biasanya yang harus mendapat teriakan terlebih dahulu untuk membangunkannya.
"Di kebun ada tanaman apa aja bi?" Tanya Nana yang tengah mengenakan deker lengan untuk melindunginya dari panas nanti.
Mereka sudah berencana untuk pergi ke kebun sang bibi. Bibi bilang mereka akan membersihkan kebun dan sedikit memetik hasil kebunnya nanti.
"Banyak, buah ada, sayur ada, rempah ada"
"Tapi lebih banyak buahnya sih" ujar sang bibi yang terlihat tengah menata kotak bekal untuk mereka nanti."Enak ya bi kalau di sini, apa apa bisa ditanam sendiri, beda kalau di kota apa apa malah harus beli" ujar Nana melampiaskan kekesalannya.
"Ya, semua pasti ada plus minusnya lah kak"
"Kalau dikota mau apa aja kaya bisa di dapetin"
"Kemarin adek lala juga sempet ngerengek ke bapaknya katanya mau dibeliin makanan yang ada mainannya"
"Bapaknya nyariin di sini ngga ada yang jual"
"Tapi adek Lala masih aja rewel minta itu, mau ngga mau bapaknya anter tuh ke kota buat beli itu makanan""Hahaha, sampe segitunya bi?"
"Iya, perkara dia lihat iklan di TV"
"Ya ampuuun" ujar Nana disertai kekehannya di akhir.
"Udah siap semua?" Tanya sang bibi kepada tiga bocah kota yang terlihat sudah mengenakan celana trening, sepatu boot serta jangan lupakan topi bundar besar yang akan melindungi mereka dari panas matahari.
"Udah bi, ayo berangkat"
"Udah nda sabar akuuuu" girang Chenle yang sangat antusias.Akhirnya mereka berangkat ke kebun sang bibi yang jaraknya tak begitu jauh jika lewat belakang rumah. Kebun itu dikelilingi pagar bambu untuk menghalangi orang orang yang sering kali melakukan tindakan nakal dikala buah buah si bibi tengah dalam musim panen.
"Waah banyak juga ya bi tanamannya" ujar Injun saat mereka baru saja masuk ke area kebun.
"Kita bersihin kebunnya dulu ya, kita singkirin ranting ranting kayunya dulu ya" pinta sang bibi yang langsung diangguki serempak oleh ketiga bocah kota itu.
Si bibi bersyukur ketiga bocah itu bukan tipikal orang yang merasa jijik atau tipikal bocah yang ogah ogahan melakukan pekerjaan seperti ini.
"Ini dikumpulin sini aja?" Tanya Chenle yang sudah menggenggam ranting ranting kecil yang ia kumpulkan.
"Iya, kumpul situ aja nanti kita bakar ya"
Setelah kurang lebih empat puluh lima menit mereka membersihkan kebun dan membakar daun daun kering, sang bibi memotong dua pelepah daun pisang untuk mereka istirahat.
"Duduk sini ngga papa kan?"
"Kita istirahat sambil makan dulu ya" ujar sang bibi sembari mengeluarkan bekal yang sudah ia siapkan tadi."Waaah bener bener berasa kaya di kampung ya"
"Makan lesehan di atas daun pisang gini"
"Kalau di resto masakan kampoeng udah habis ratusan ribu pasti" celetuk Nana saat sang bibi memberinya pincukan nasi liwet.*pincukan tuh wadah nasi dari daun pisang, pengganti piring.
"Walah walah ditipu sama pihak resto itumah" kekeh sang bibi.
Setelah makan dan istirahat sejenak mereka langsung melanjutkan untuk memanen beberapa buah yang bibinya tanam. Kali ini mereka memanen pepaya dan mangga. Keranjang sang bibi langsung penuh di isi dua jenis buah tersebut.
"Ini gimana bawanya?" Tanya Chenle.
"Nanti bibi gendong di belakang, bibi bawa kain kok"
"Eh, apa nda berat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloom - Jichen ✅
Short StoryChenle yang baru saja memergoki kekasihnya selingkuh langsung memutuskan untuk ikut pamannya untuk berlibur di desa. Ia berharap pilihan liburannya kali ini akan membuatnya lebih mudah melupakan si mantan kekasihnya itu. Dan sepertinya harapannya be...