Setelah mendapatkan hadiah tas untuk Javin, Jisung langsung mengantar Chenle ke toko sepeda yang berada di ujung jalan.
Jisung hanya mengikuti Chenle yang tengah berkeliling dan melihat lihat. Awalnya ia biasa saja saat Chenle masih santai dengan bertanya tentang pendapatnya, namun ia langsung dibuat pusing teramat sangat dengan Chenle yang tanpa pikir dua kali untuk membeli sepeda dengan harga sepuluh kali lipat dengan harga tas yang Jisung belikan tadi.
"Chenle kamu yakin?" Tanya Jisung saat si petugas ijin pergi untuk mengambilkan nota pembayaran.
"Kenapa?"
"I-itu kemahalan Chenle"
"Jangan beli yang di atas satu juta"
"Javin dibeliin yang bekas aja pasti dia udah seneng, jangan yang mahal mahal gini"
"Akunya yang ngga enak""Mas kenapa sih? Orang aku ikhlas ngasinya"
"Aku seneng beliin Javin yang itu"
"Harga mahal juga bawa kualitas mas, mas juga denger kan penjelasannya tadi kaya gimana?"
"Kalau beli bekas, kaita bisa dapetin itu juga ngga? Kan sayang kalau ngga bisa dipake jangka panjang"
"Mas ngga boleh loh nolak nolak rejeki kaya gini"
"Ini udah jadi rejekinya Javin mas" omel Chenle pada Jisung yang masih berusaha membujuknya.Setelah menyelesaikan pembayaran, keduanya langsung pulang. Jisung masih saja memperlakukan Chenle seperti awal mereka tadi berangkat. Hanya saja perjalanan kali ini sedikit lebih sunyi karena tak ada percakapan di keduanya. Jisung yang merasa tak enak dengan Chenle, sedangkan Chenle yang tengah berpikir bahwa Jisung tengah marah padanya.
"Mau mampir ke sate tahu ngga?" Tanya Jisung mencoba memulai percakapan.
"Boleh" balasnya singkat.
Jisung yang berniat ingin memulai percakapan langsung merasa bungkam dengan balasan Chenle.
Tak lama mereka sudah sampai di alun alun kota, mereka memarkirkan motornya dan berjalan menuju pedagang sate tahu yang dulu sempat mereka datangi.
Chenle memilih tempat duduk yang sama seperti pertama mereka datang ke sini.
"Maaf ya"
"Maaf kalau kamu marah" ujar Jisung yang merasa aneh dengan suasana kali ini. Chenle yang hanya bermain ponsel setelah ia kembali memesan sate membuatnya semakin merasa tak enak."Eh, kenapa minta maaf?"
"Mas minta maaf buat apa?"
"Mas nda ada salah kok""Mas salah udah larang larang kamu tadi, padahal niat kamu sama temen temenmu baik mau kasih hadiah ke Apin, eh malah mas larang"
"Mas minta maaf ya" tuturnya sembari menatap Chenle dengan lekat."Iya mas nda papa"
"Aku beneran ikhlas kasih hadiah ke Javin"
"Mas nda perlu mikir itu mahal atau engganya, karena itu udah rejekinya Javin"
"Udah mas nda usah ngerasa nda enak ke aku"
"Okay?" Ujar Chenle yang langsung mendapat anggukan dari Jisung.Setelah mereka saling klarifikasi keduanya sudah kembali seperti biasanya. Membicarakan banyak hal yang membuat Chenle seakan lupa jika ia sebenarnya harus menjaga jarak dengan Jisung agar ia tak terlalu terbawa perasaan.
"Emm kak Varisya cantik ya mas" celetuk Chenle tiba tiba.
"Cantik" jawabnya yang masih setia menikmati olahan dari tahu itu.
"Mas, mas keliatan deket banget sama dia" tanyanya yang masih merasa penasaran dengan sosok Varisya.
"Isa itu temennya mas pas lagi SMA, jadi kalau dikata deket, ya pasti deket"
"Kaya kamu sama Nana sama Injun juga""Mas suka sama kak Varisya nda?" Tanya Chenle yang tanpa pikir panjang yang tentu saja membuat Jisung mengernyit bingung.
"Kamu diceritain apa aja sama bu kades?"
"Hhh... suka heran sama orang orang yang selalu menanyakan hal yang sama kaya gini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloom - Jichen ✅
Short StoryChenle yang baru saja memergoki kekasihnya selingkuh langsung memutuskan untuk ikut pamannya untuk berlibur di desa. Ia berharap pilihan liburannya kali ini akan membuatnya lebih mudah melupakan si mantan kekasihnya itu. Dan sepertinya harapannya be...