3

11.1K 1K 137
                                    

Malam yang ditunggu anak anak pun akhirnya tiba, setelah Javin bernegosiasi dengan mamasnya, setelah ia menurut untuk tidur siang, akhirnya ia bisa pergi ke pasar malam yang sudah ia nantikan semenjak pasar malam itu baru saja dibuka empat hari yang lalu. Mereka sepakat untuk pergi berempat, setelah Syola mati matian membujuk kakak Javin untuk mengijinkan Chenle ikut.

Mereka saat ini sudah berkumpul di teras rumah adek Lala sebelum berangkat, kakaknya Javin yang tampan itu juga sudah meminta ijin ke pak kades untuk membawa putri serta keponakannya pergi ke pasar malam.

"Kamu yakin pakai baju kaya gini?" Tanya kakaknya Javin pada Chenle.

Chenle yang diberi pertanyaan seperti itu tentu saja mengernyit bingung. Ia rasa bajunya tak ada yang aneh, ia mengenakan pakaian wajar, celana selutut serta kaos putih yang masih terlihat wajar. Tapi kenapa orang ini menanyakan hal seperti itu?

"Emang kenapa? Bajuku ngga aneh kok"
"Masih terlihat sopan juga" ujar Chenle yang membela diri.

"Ya memang ngga aneh, tapi apa kamu nanti ngga kedinginan?"
"Pasar malemnya ada di lapangan, anginnya kenceng, ngga papa emang?" Jelas pria tinggi tersebut.

"Ngga papa, aku biasanya kalau pergi main juga gini"
"Udah ayo berangkat, ntar malah makin malem" ajak Chenle yang merasa sudah tak sabar.

Syola dan Javin yang melihat perdebatan itu langsung mengangguk setuju disaat Chenle sudah mengeluarkan kalimat ajakannya itu.

"Iya mas, nanti malah kemaleman takut pak kades marah" sahut Javin yang setuju.

Akhirnya si mamas mengangguk setuju, mereka berempat berjalan kaki menuju lapangan kampung yang jaraknya cukup dekat dengan rumah mereka.

Selama perjalanan kedua dewasa itu juga saling diam, hanya Syola dan Javin saja yang berceloteh tentang apa saja wahana yang ingin mereka naiki serta jajanan apa yang akan mereka beli nantinya.

Tapi karena Chenle adalah tipikal anak yang tak bisa berlama lama untuk diam ia mulai mencoba membuka suara.

"Eemmm mas namanya siapa?"
"Kita belom kenalan loh dari tadi" ujar Chenle dengan sedikit senyum canggungnya.

"Jisung"

"Oh Jisung, eh mas Jisung deng"

"Panggil Jisung aja ngga papa, saya ngga setua itu buat dipanggil mas" ujar Jisung pada Chenle yang sepertinya tak terbiasa akan panggilan seperti itu.

"Engga, panggil mas aja ngga papa"
"Pasti orang sini ngiranya bakal ngga sopan kalau aku cuma panggil pakai nama aja" jelas Chenle setelah mengingat wejangan sang papa.

Jisung yang mendengar itu hanya mengangguk.

"Kata paman mas lagi kuliah ya" tanyanya lagi.

"Iya, baru semester tiga"

"Wih keren, kuliah dimana mas?"

"Bukan kampus bagus kok, cuma deket deket sini aja biar bisa jagain Javin juga"

Chenle hanya ber oh ria setelah mendapat jawaban dari Jisung, mungkin itu menjadi hal sensitif bagi Jisung sehingga pria itu tak gamblang menceritakannya.

"Kalau kamu semester berapa?"

"Eh, aku masih SMA mas, belom kuliah aku"
"Emang aku kelihatan tua ya?" Panik Chenle sembari memegangi wajahnya karena ia sudah melakukan perawatan mahal agar tak terkena penuaan dini.

"Eh engga engga, takutnya salah nanya aja tadi, tapi ternyata beneran salah tanya ya?" Ujar Jisung yang merasa sedikit canggung.

"Mas naik kora kora yuk!" Celetuk Javin memecahkan suasana akward di antara orang dewasa itu.

Bloom - Jichen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang