50

9.7K 687 206
                                    

"Cantik mas cincinnya pasti nanti nak Chenle bakal suka" titah sang ibu setelah tau cincin seperti apa yang putranya beli untuk melamar pujaan hatinya.

"Nana sama Injun buk yang milihin, dan aku rasa aku juga cocok sama yang itu"
"Semoga Chenle juga suka"

"Kamu mau lamarnya di mana mas?"
"Di rumah? Kamu bakal undang papanya juga kan?"

"Iya buk, aku bakal undang papa, Injun sama Nana juga"
"Tapi kalau di rumah nanti ngga surprise dong buk, Jisung niatnya mau bikin kejutan gitu"
"Kalau Jisung pesen tempat di resto joglo gimana buk?"
"Yang di deket simpang lima"

"Rumah makannya mang alex itu?"
"Mahal ngga mas? Setelah lamaran kamu masih harus siapin buat resepsi loh mas"
"Kamu juga sekarang bukan cuma orang biasa, kedudukanmu saat ini yang bakal maksa kamu harus bikin acara besar"
"Udah pasti bakal jadi pesta rakyat kan nantinya?" Tutur si ibuk.

Memang benar kedudukannya sebagai kades mengharuskannya untuk mengundang semua warganya untuk ikut merayakan hari spesialnya nanti. Tapi Jisung juga ingin membuat moment yang berkesan untuk Chenle nantinya.

"Ngga papa buk, kalau di rumah takut ketauan sama Chenle juga kalau kita punya acara gituan"
"Paling juga ngga sampe sepuluh juta buat booking tempat di sana"
"Jisung mau ngasih kesan istimewa aja buk nantinya"

"Yaudah mas, ibuk cuma bisa manut aja kalau kamu ternyata udah punya rencana itu"
"Semoga lancar ya mas"

"Iya buk, makasih atas doanya"

~o0o~

"

Mas, besok jadi mainnya?" Tanya Chenle pada Jisung.

Keduanya tengah dalam perjalanan pulang saat ini. Jisung tengah menjemput Chenle dari jadwal jaganya. Hari sabtu dokter muda itu memiliki jadwal pulang sedikit lebih siang, jadi Jisung harus menyempatkan dirinya untuk menjemput Chenle di tengah jam kerjanya.

Ia tak merasa kerepotan akan hal itu, toh juga saat ia ijin pergi seperti ini para pekerjanya yang lain juga merasa senang.

"Jadi, besok agak pagian ya"

"Mau kemana sih?"
"Keluar kota?" Tanya Chenle yang penasaran karena Jisung tak memberitahunya tempat tujuan untuk mereka pergi besok.

"Engga kok, masih di sini sini aja, cuma mas mau pergi ke beberapa tempat nantinya"
"Mau nostalgia"

"Okay, mau berangkat jam berapa? Tujuh? Delapan?"

"Delapan harus udah siap ya besok"

"Okay"

Malam harinya Chenle langsung dibuat bingung untuk memilih baju. Ia tak tau tempat apa yang akan ia datangi nantinya. Ia takut baju yang pilih akan tidak cocok dengan tempat yang ia datangi. Bagaimana jika nanti Jisung ternyata mengajaknya ke gunung? Kan tidak lucu jika ia pergi mengenakan celana selutut.

Tapi pilihannya berakhir jatuh ke kemeja lengan pendek berwarna putih tulang, dengan celana kain berwarna coffe, dan sepertinya ia perlu menambah cardigan motif untuk berjaga jaga jika ternyata stylenya tak cocok dengan tempat tujuannya nanti.

Pukul delapan tepat Jisung sudah menghampiri Chenle dengan vespa maticnya. Style Jisung terlihat sangat rapi tapi tak terkesan kolot. Kemeja serupa dengan Chenle dan ditambahi jacket boomber berwarna cerah membuat Jisung terlihat sangat muda. Entah karena Chenle terlalu sering melihat Jisung dengan seragam dinasnya yang membuat Chenle berpikir bahwa Jisung sangat tua.

Tapi jika di ingat lagi, umur mereka tak terpaut sejauh itu.

"Cantik banget" goda Jisung pada Chenle sembari memasangkan helmnya.

Bloom - Jichen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang