48

7.2K 664 151
                                    

Pendekatan yang Jisung lakukan benar benar ia lakukan secara blak blakan. Bahkan ia tak membuat alasan palsu saat rekan kerjanya bertanya apa ia tengah mendekati Chenle.

Bahkan sepertinya itu bukan lagi rahasia di lingkup balai desa bahwa Jisung tengah melakukan pendekatan pada Chenle.

Chenle sendiri juga tak masalah jika orang balaidesa sering menggodanya tentang Jisung, toh kenyataannya memang seperti itu kan?

"Mana jatah makan siangku?" Tanya Chenle pada Jisung yang menghampirinya tapi tak membawa bingkisan apapun.

Makan siang bersama sudah menjadi kebiasaan mereka setelah mereka kembali resmi melakukan pendekatan ulang. Chenle juga akan senantiasa menunggu Jisung untuk makan bersama walau si kepala desa itu sering kali telat dan membuat perutnya sedikit protes.

"Makan di luar mau ngga?" Tanya Jisung yang masih berdiri di ambang pintu.

"Ha? Mana bisa gitu, nanti kalau ada pasien dateng gimana?"
"Ngga ah ngga mau aku" tolaknya.

"Ngga akan ada yang dateng kalau jam makan siang, kan dulu udah pernah mas jelasin kalau mereka ngga akan berani dateng di jam istirahat, beda kalau di puskesmas"
"Udah ayo makan siang di luar dulu"
"Kamu ngga kangen sama rawon sebelah gapura?" Iming Jisung pada Chenle yang ia yakin bahwa pria manis ini akan goyah dengan pendiriannya.

"Rawon?"

"Iya, yang sebelelah gapura ituloh, yang Nana sempet bilang mau boyong penjualnya ke kota kalian"
"Yakin ngga mau makan disana? Ngga mau nyoba rawon ditambah telur asin sama tambahan semangkok rawonan?"
"Hmmm pasti enak banget kalau di makan siang bolong kaya gini" lagi Jisung masih berusaha menggoda si manis.

"Rawon ya?"

"Iya cantik"

"Pakai telur asin?"

"He.em"

"Ditambah daging rawonan juga?"

"Pasti dong"

"Ayok" serunya bagaikan seseorang yang tengah terhipnotis.

Akhirnya~ mau juga kan anaknya, siapa juga sih yang bisa nolak ke-auntentikan dari semangkok rawon dengan paket sekomplit itu?

Setelah menutup polindes, keduanya langsung berboncengan dan menuju ke warung rawon di dekat gerbang masuk wilayah desa.

Jam makan siang kaya gini warung rawon itu bener bener rame banget. Banyak orang berseragam coklat kaya Jisung yang juga tengah makan siang di sana.

"Kamu tunggu sini ya, jagain tempat duduknya biar ngga keduluan sama orang"
"Mas pesen dulu, kamu minumnya mau apa?" Tanya Jisung setelah meminta Chenle untuk duduk lesesan dibawah pohon yang berada di sebelah kanan warung.

"Es teh aja, sama ambilin kerupuk udang ya mas, dua"

"Siap cantik, tunggu sini dulu ya"

Chenle hanya mengangguk sebagai jawaban. Tempat ini benar benar penuh kenangan banget menurut Chenle.

Chenle mengambil ponselnya dan menekan logo panggilan video dalam grup chatnya. Siapa lagi yang akan Chenle hubungi jika bukan Nana dan Injun, dan apa tujuannya selain mengeluh dan pamer.

"Bentar bentar, aku nyelesaiin ini dulu kalian ngobrol aja" jawab Nana dalam sambungannya yang terlihat sangat sibuk dengan komputer di depannya.

Berbeda dengan Injun yang juga terlihat tengah makan siang di kantin kantornya.

"Waktunya makan tuh ya makan Na" tegur Injun.

"Bentar nanggung banget ini"

"Tapi janji nanti mam siang loh" kali ini giliran Chenle yang ikut mengomel.

Bloom - Jichen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang