52. Final Decision.. It's Tears?

946 155 45
                                    

Langit pagi telah tiba, menerangi kota hingga sinar terang itu merambat ke sela jendela kamar bernuansa putih itu masuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Langit pagi telah tiba, menerangi kota hingga sinar terang itu merambat ke sela jendela kamar bernuansa putih itu masuk. Memaksa sang empu yang tengah tertidur itu mau tak mau membuka matanya saat kilauan itu begitu mengganggu hingga menyadarkan nya. Membuat mata tajam itu terbuka lebar, saat menyadari ruangan itu begitu asing untuk nya.

"Astaga."

Debaran kuat itu terjadi, tepat saat menyadari pakaian nya telah bertebaran di lantai cokelat itu. Dengan cepatnya ia meraih dan menggunakan nya sebelum menjatuhkan dirinya di tepian ranjang putih itu dengan wajah kejutnya.

"Apa yang kulakukan semalam? Ya Tuhan." Di usap kasarnya wajahnya. "Jennie... hahh."

Hembusan napas kasar ia lakukan, tepat saat bayangan wajah cantik itu terbesit di benaknya. Membayangkan betapa kecewanya istrinya melihat perbuatan nya—walau Taehyung sendiri tidak tahu apa yang terjadi padanya semalaman kecuali meminum bir nya.

"Jim. Aku tidak tahu aku ada di mana sekarang, tolong lacak lokasiku dan kemarilah." Di acaknya surainya dengan tangan kirinya pelan dengan mata terpejam. "Ceritanya panjang. Hum, jangan lama. Aku sangat membutuhkanmu. Thank's Jim."

Helaan gusar kembali ia lakukan, setelah menyudahi percakapan singkat dengan menyuruh Jimin menghampirinya. Di pejam kuatnya matanya, mencoba mencari namun sepintas ingatan samar itu tak kunjung ia dapati selain sakit kepala yang tak berujung reda. Rasanya ingin pecah, saat melihat dirinya yang sekarang. Yang ia lakukan sekarang walau samar... ia yakin jika ini sudah kelewat batas.

Ingin menyalahi tapi ia sendirilah yang menjerat dirinya. Jujur, kini ialah yang merasa bersalah pada istrinya. Mengatai namun sama. Mereka sama. Baik ia dan Jennie sama. Seperti kertas putih yang telah di nodai dengan pena lain... kotor. Mereka berdua sama-sama kotor sekarang. Kotor sekali.

"Sudah bangun handsome?."

Matanya mengadah, pada sosok yang berada di ambang pintu itu yang tersenyum cerah padanya. Orang itu.. mengenakan pakaian piyama putih dengan rambut tergerai basah. Juga Taehyung... tak mengenali nya.

"Kata 'sempurna' memang cocok tuan miliki." Ucap orang itu yang mulai melangkah. "Lihatlah rupa mu. Tuan..." Ia mendesah pelan. "Benar-benar tampan."

Taehyung memperhatikan nya, saat orang itu memilih menduduki dirinya di sebelahnya. Membuat orang itu terkekeh pelan saat Taehyung beringsut menjauh pelan.

"Kacang lupa kulit." Sahut orang itu. "Setelah permainan kita semalam, tuan malah menganggapku seperti virus sekarang?." Mata Taehyung terbuka lebar. "Tenang saja. Aku selalu menjaga kesehatanku dan tuan tidak akan mungkin terkena penyakit walau semalam kita tidak pakai pengaman."

Di cengkramnya orang itu dengan wajah menggeramnya. "Apa yang kau katakan?." Lirihnya. "Apa yang kau katakan tadi HAH?!!."

"Ah." Orang itu menyeringai. "Tuan lupa? Mungkin karena mabuk semalam. Tuan jadi melupakan semuanya termasuk Jennie."

✔️Disease Where stories live. Discover now