53. In The Midst Of Despair

969 136 42
                                    

Rasanya sudah hampir separuh hari ini ia menghabiskan waktunya di dalam mobilnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rasanya sudah hampir separuh hari ini ia menghabiskan waktunya di dalam mobilnya. Membuat Jimin sang pelaku yang terus menggurutu itu merasa tubuhnya pegal luar biasa. Bagaimana tidak? Ia hanya duduk di kursi kemudi itu dan.. tak melakukan apapun selain mengatuk-atukkan jari kanannya pada stir mobilnya, menahan kantuk. Ingin meraih ponselnya yang tergeletak di kursi sebelahnya pun terasa sungkan, padahal ini adalah mobilnya.

Ia yang memiliki kuasa penuh. Tapi itu semua terkalahkan saat presepsi gadis yang ada di kursi belakang—Jennie maksudnya. Gadis itu bagaikan ratu dalam segala hal. Bossy adalah gelar yang cocok untuknya. Pikir Jimin. Padahal gadis itu tadi tidak berkata apapun selain antarkan aku ke rumah mertuaku. Hanya itu. Tak ada kalimat berbisa yang meracuni tubuhnya seperti biasanya. Pengecut telah melekat pada dirinya bila berhadapan dengan Jennie.

Dasar.

Jimin berdeham pelan, saat melihat jam di mobilnya telah memasuki pukul 17.40.. malam hampir tiba pikirnya. "Nyonya cantikku, sebenarnya apa yang kau lakukan dari tadi?." Tanya nya dengan suara memelan. "Kenapa belum turun juga? Aku belum menjemput suamimu loh! Memangnya kau mau berunding dengan suamimu bila dia memotong gajiku huh?."

30 detik telah berlalu, Jimin tak kunjung mendapati jawaban dari gadis itupun lantas menoleh kebelakang saat telah menyiapi berbagai jenis umpatan yang ingin ia layangkan. Namun sekali lagi, bukan hanya pengecut. Tapi bibir penuhnya itu terbungkam saat melihat Jennie yang termenung menatap lembaran kertas juga pena hitam di tangan kanannya. Dia menulis surat? Surat apa? batin Jimin.

"Nyonya cantikku?." Panggil Jimin lagi yang sontak tersenyum lebar saat Jennie mengangkat wajahnya dan menatapnya. "Apa yang kau lakukan dari tadi? Kau lupa ada manusia yang sedari tadi menunggu perintahmu huh?."

"A-ah benar, maafkan aku Jim." Balas Jennie yang tersenyum lirih. "Tunggu sebentar. Aku ingin menyiapkan diriku dulu."

Jimin menga-nga lebar. Maaf? Seekor beruang betina ini minta maaf padaku?!! Demi kepala botak ayahku, apa yang sebenarnya terjadi pada iblis cantik ini?!! pikirnya yang tersenyum paksa saat Jennie kembali menatapnya.

"Jim? Ayo turun."

"E-eh? Aku ikut juga? Tapi Tae..."

"Jika kusuruh turun. Ya turun."

Membantah sama saja dengan mati di tempat. Maka yang di lakukan Jimin sekarang adalah turun dari mobilnya dan berlarian kecil menuju pintu belakang, membantu Jennie dengan membuka pintu juga menuntun gadis itu menuju pintu utama rumah keluarga Taehyung. Yang mana para pelayan di rumah itu langsung menyambut mereka.

"Tuan dan nyonya besar sudah menunggu nona di meja makan." Ucap wanita tua itu. "Mari, kuantar."

Jennie mengangguk, melirik Jimin sekilas sebelum mengekori pelayan tua tadi hingga sambutan hangat itu menyapanya saat kakinya telah hampir mendekati ruang meja makan itu.

✔️Disease Where stories live. Discover now