Bagian 1

118 6 0
                                    

"I miss you."

*

Tenggara menjadi satu-satunya orang yang masih bisa berdiri tegak di antara enam laki-laki yang terkapar di atas tanah, di belakang sekolah. Dari enam laki-laki tersebut, ada satu anak yang pingsan, dua anak saling berpelukan sambil menangis, sisanya merintih kesakitan. Sungguh mengerikan. Orang seperti apa Tenggara ini? Ia seorang diri mampu menumbangkan enam orang sekaligus hanya dalam waktu sekejap.

"Gue kira cupu, ternyata suhu." Gumam salah seorang dari mereka yang merintih kesakitan.

"Kita terlalu ngeremehin dia." Sahut temannya dengan suara lirih.

"Bawa dia ke rumah sakit." Dengan wajah datar, Tenggara berbicara pada kelima orang yang masih sadar sembari menunjuk satu-satunya orang yang tidak sadar.

Sambil menahan sakit, takut dan pastinya malu, kelima orang yang masih sadar segera berusaha untuk berdiri untuk bisa membawa satu teman mereka yang pingsan. Selagi masih diberi kesempatan kabur oleh Tenggara, mereka segera memanfaatkannya sebaik dan secepat mungkin.

Setelah keenam orang itu pergi, Tenggara mengambil ransel yang terjatuh di atas tanah. Ia menepuk-nepuk ransel itu sesaat guna membersihkan debu-debu yang menempel. Setelah ia rasa cukup bersih, ia segera menentengnya di pundak. Kemudian ia pun melangkahkan kaki. Urusannya dengan enam laki-laki yang merupakan teman sekelasnya sendiri sudah selesai.

Prok! Prok! Prok!

Langkah Tenggara pun terhenti saat ia mendengar suara tepuk tangan yang sengaja dijeda itu. Ia menoleh ke kiri, ke arah datangnya suara itu. Ternyata di mulut gang, ia mendapati seseorang yang sedang menyeringai padanya.

"Hebat! Dugaan gue nggak salah. Lo bukan anak manja yang nggak bisa apa-apa." Entah pujian atau hinaan, yang jelas cowok bernama Teagan terlihat senang saat melihat Tenggara.

Teagan berjalan ke arah Tenggara. Bukan untuk berhadapan, tetapi hanya melintas di samping Tenggara. Sembari menepuk satu bahu Tenggara, ia membisiki sesuatu, "Harusnya tadi lo patahin tulang-tulang mereka dulu." Setelahnya, ia terus berjalan lurus. Tanpa menoleh sama sekali.

Tenggara tidak merespon apa-apa. Malas. Untuk apa yang baru saja ia lakukan tadi saja ia malas, apalagi harus lebih dari itu. Satu-satunya alasan Tenggara melakukan hal itu bukan lain adalah untuk membela diri lantaran ketenangannya diusik.

Tenggara adalah laki-laki yang terlihat tenang. Ia pendiam, jarang bicara. Sejak pindah ke SMA Patriot tiga hari lalu, ia hanya berbicara beberapa patah kata, seperti pada saat perkenalan pertama kali atau menjawab pertanyaan yang ditujukan untuknya. Itu saja tidak semua pertanyaan bersedia ia jawab. Ia hanya menjawab pertanyaan yang menurutnya penting. Karena hal tersebut, cowok itu jadi terkesan misterius.

Sebagaimana yang sudah diketahui, cowok misterius tampaknya lebih menarik di mata cewek. Terlebih, Tenggara memiliki wajah yang tampan. Tidak heran jika karena itu, cewek-cewek di kelas banyak yang tertarik padanya.

Kemunculan Tenggara yang disinyalir bisa berakibat buruk bagi masa depan para pemuda kelas 12-4 dalam persaingan asmara, memunculkan sebuah gerakan yakni Gerakan Pemuda 12-4. Gerakan tersebut diketuai oleh Saul dan diikuti oleh lima cowok lainnya antara lain Dega, Jonathan, Aden, Herlambang dan Yogi. Gerakan ini bergerak dengan cara membawa Tenggara ke belakang sekolah sepulang sekolah, saat sekolah sudah sepi. Setelahnya, mereka pun memberikan Tenggara pelajaran.

Namun yang terjadi justru sebaliknya. Alih-alih Saul CS yang memberi Tenggara pelajaran, justru Saul CS yang diberi pelajaran tak tanggung-tanggung oleh Tenggara. Kini, Saul dan yang lainnya pun kapok dan berjanji tidak akan berani mengusik Tenggara lagi.

sheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang