"Munafik!"
*
Tenggara sungguh menyesal telah menceritakan masalah teror yang ia alami pada Teagan. Karena sekarang Teagan telah memanggil Sybil yang kebetulan lewat tak jauh di depannya dan Teagan. Setelah gadis itu berhenti, Teagan segera menyeret Tenggara untuk datang menghampirinya.
"Ada apa?" tanya Sybil sambil melirik Tenggara. Ia masih belum bisa sepenuhnya melupakan apa yang pernah Tenggara lakukan padanya.
"Lo tau ini nomor siapa?" tanpa aba-aba, Teagan segera menyodorkan ponsel Tenggara ke depan wajah Sybil.
Ponsel Tenggara yang dalam mode membuka chat room yang isinya memuat banyak foto itu pun segera terlihat di mata Sybil meski Sybil harus sedikit menyipitkan mata karena retakan layar ponsel Tenggara yang tidak bisa terselamatkan.
"Nomor ini neror Gara pake ngirimin foto lo berulang kali." Teagan yang lelah memegang ponsel Tenggara, memberikan ponsel itu pada Sybil.
Sybil menerimanya, antara sadar dan tidak sadar karena ia terlalu fokus pada wajah gadis yang ada di dalam foto itu. Ia pun segera menggulir layar ponsel Tenggara sambil memperhatikan foto yang jumlahnya lebih dari 10 itu satu per satu dengan disaksikan oleh Tenggara dan Teagan.
"Apa lo tau nomor itu?" giliran Tenggara bertanya setelah Sybil hanyut cukup lama dengan foto yang ia gulir. Ya, sudah terlanjur Teagan memberi tahu Sybil, jadi Tenggara putuskan untuk sekalian bertanya secara langsung juga, mengikuti ide yang Teagan cetuskan.
Wajah Sybil terangkat, menatap Tenggara sambil memberikan kembali ponsel Tenggara. Bukan soal nomor itu, Sybil malah berbicara hal lain di luar konteks dengan tempo yang pelan, "Ini bukan gue."
Kening Teagan sontak mengerut. Ia bahkan merebut ponsel yang belum sepenuhnya berpindah tangan ke pemiliknya untuk memastikan kembali apa yang sudah ia lihat. Mau dipelototi, di zoom in, zoom out seperti lagunya Jessie, tetap saja yang ia lihat adalah wajah Sybil. "Apa lo nggak bisa ngenalin tampang lo sendiri?"
Sybil menoleh pada Teagan sembari menggeleng. "Gue nggak pernah foto kayak gini dan nggak pernah juga gue dateng ke tempat-tempat yang ada di foto itu."
"Gar, kasian dia udah pikun. Mana masih muda." Ujar Teagan memasang wajah iba pada Tenggara.
Tetapi Tenggara tidak menggubris Teagan sama sekali. Pikirannya malah melayang-layang. Jika memang itu bukan Sybil, maka gadis yang ada di foto ini benar Rowena!
*
Saat mengetahui kalau itu adalah foto Sybil, Tenggara merasa jengkel. Tapi saat kini ia kembali disadarkan langsung oleh Sybil bahwa itu bukanlah dirinya—yang artinya itu adalah Rowena—Tenggara sukses kembali dilanda pikiran yang kacau. Ia kembali pada dirinya saat pertama kali mendapat kiriman foto Rowena.
Ia benar-benar resah, gundah, penasaran, sangat ingin tau, marah, kesal, sedih, dan berbagai macam perasaan lain juga turut ia rasakan saat ini. Bagaimana orang itu bisa mengirim foto Rowena sebanyak itu. Dan kenapa orang itu hanya mengirim foto Rowena saja tanpa memberikan informasi lebih lanjut? Untuk apa? Apa tujuannya?
Tidak akan pernah tau sampai Tenggara menemukan siapa orang di balik semua itu. Atau minimal, pesannya dibalas oleh si pemilik nomor itu.
Seenggaknya gue tau lo dalam keadaan baik, Rowena.
Saking frustasinya, Tenggara tak lagi mengirim chat berisi ungkapan kemarahan atau hujatan untuk nomor itu. Sebaliknya, ia justru mencoba mengambil sisi positif. Ya, jika dipikir-pikir lebih lanjut, bukankah cukup membuat bahagia melihat orang yang kita rindukan dalam keadaan baik?
KAMU SEDANG MEMBACA
she
Teen Fiction(COMPLETE) Alih-alih "move on", Tenggara malah bertemu dengan seorang gadis yang sama persis dengan dia. Begitu mirip, sampai Tenggara nyaris tidak bisa membedakan dia dengan dia yang pernah hidup di masa lalunya.