Bagian 27

11 2 0
                                    

"Paling nggak, gue masih bisa ketemu sama dia dalam keadaan sehat dan baik."

*

"Gue anter lo pulang." Setelah kejadian di ruangan kosong tadi, Ruby diantar Sybil ke UKS. Di UKS, ia segera ditenangkan oleh dokter Pina, sedangkan Sybil kembali ke kelas. Setelah merasa tenang, Ruby pun keluar. Dan di luar UKS inilah ia bertemu dengan Tenggara yang entah sejak kapan sudah ada di sana, menawarkan diri untuk mengantarnya pulang serta menyodorkan tas miliknya.

Ruby menerima tas itu. Tas yang entah bagaimana bisa berada di tangan Tenggara. Sesuai saran dokter Pina, saat ini memang lebih baik bagi Ruby untuk istirahat. Selain itu, walik kelas dan Pak Firda juga mengijinkannya untuk pulang lebih cepat. Hal itu dilakukan demi kebaikan murid mereka. "Gue bisa pulang sendiri." Kata cewek itu masih ketus seperti biasa. Kemudian ia pun berjalan mendului Tenggara.

"Apa perlu gue paksa?"

Kata-kata Tenggara membuat langkah Ruby terhenti. Selanjutnya, tanpa mengatakan apa-apa, Tenggara pun berjalan sampai melewati Ruby. Tenggara yakin, Ruby pasti akan mengikutinya.

Benar. Ruby mengikuti Tenggara. Dengan terpaksa. Kini, ia sudah duduk di mobil Tenggara. Tepatnya di sebelah Tenggara.

Sebelum Tenggara menjalankan mobil, lebih dulu ia mengambil hoodie yang ada di jok belakang. Lalu ia pun memakai hoodie berwarna abu-abu tersebut. Baru setelahnya, ia menjalankan mobil, keluar dari tempat parkir siswa.

"Anter gue ke makam Kak Rowena." Kata Ruby tiba-tiba membuat Tenggara meliriknya.

Sekitar satu jam kemudian, mereka pun tiba di pemakaman tempat Rowena dimakamkan. Sebelum turun, Ruby berpesan pada Tenggara, "Jangan ikut turun. Gue mau berduaan sama Kak Rowena."

Kalau saja Ruby tidak habis mengalami pelecehan, sudah pasti Tenggara tidak akan mendengarkannya.

Tiga puluh menit selanjutnya, akhirnya Ruby kembali. Dari matanya yang merah dan sembab, Tenggara sudah bisa menduga, pasti Ruby habis menangis di makam Rowena. Entah menangisi kepergian Rowena atau menangisi peristiwa tadi. Tenggara tidak mau mencari tau karena sudah pasti kemungkinannya ya dua itu tadi. "Gue pikir lo kabur." Kata-kata itulah yang kemudian terucap dari bibir Tenggara setelah cewek itu memasang seat belt.

"Kemana pun, asal jangan ke rumah. Gue nggak mau jawabin pertanyaan mama kalo liat gue pulang seawal ini dalam keadaan kayak gini." Ruby berbicara tanpa menanggapi kata-kata Tenggara dan dengan mata yang tertuju ke depan.

Karena Ruby sudah berkata seperti itu, Tenggara pun kembali menjalankan mobilnya sesuai dengan kemauan dan tujuannya. Yaitu ke sebuah taman bermain yang letaknya di dekat SD tempat Tenggara dan Rowena bersekolah dulu. Sudah beberapa tahun berlalu, tempat ini sudah mengalami banyak perubahan. Jadi lebih bagus dan lebih rindang dengan pepohonan hijau di area itu.

Dari sekian banyak spot di taman itu, Tenggara memilih duduk di sebuah ayunan besi yang dicat dengan warna merah. Sementara Ruby hanya berdiri di samping ayunan itu, meski sebenarnya bisa aja ia ikut duduk di ayunan di sebelah Tenggara.

"Tempat gue biasa main sama Rowena pas masih SD." Tenggara mulai bercerita.

"Tau." Sahut Ruby jutek.

"Rowena selalu cerita sama lo?"

"Ya."

"Semuanya?"

"Sampe gue muak." Kata gadis itu sambil memasang wajah jengah.

"Tapi sekarang lo udah nggak bisa dengerin cerita dia lagi." sahut Tenggara sambil mengayun ayunannya dengan ayunan kaki yang pelan.

Kepala Ruby pun menunduk.

sheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang