"Cewek yang kalian semua kira baik adalah seorang pembunuh!"
*
Meski sudah sepenuhnya sadar, Reo dan Keyra memutuskan untuk tetap berada di arena kolam renang. Mereka tidak kembali ke kelas. Jadilah mereka bolos di sisa pelajaran hari ini. Keduanya duduk bersandar di dinding yang menghadap ke kolam dan disinari matahari yang cukup terik. Sengaja agar baju mereka yang basah kuyup bisa kering secara alami.
"Gue baru tau kalo lo nggak bisa renang." Setelah diam dalam waktu yang lama, Keyra membuka mulutnya lebih dulu.
"Waktu kecil gue pernah tenggelam. Sejak itu gue takut dan nggak pernah mau belajar renang." Reo menjelaskan dengan suara parau.
Keyra menoleh, ia merasa iba karena cerita singkat Reo yang kurang mengenakkan.
"Sybil tau itu. Makanya dia sengaja ngajak gue ke sini, nolak gue, terus ceburin gue." suara Reo makin parau.
Mendengar Reo masih menyebut nama Sybil setelah hal mengerikan yang Sybil lakukan padanya, membuat emosi Keyra kembali menyala. "Gue pikir yang gila cuma dia. Ternyata lo lebih gila. Udah tau lo mau dibunuh sama dia, lo mas—"
"Makasih." Reo memotong kalimat Keyra.
Kedua mata Keyra melebar. "Eh?"
"Makasih lo udah nolongin gue. Makasih udah khawatir sama gue. Makasih udah nangis buat gue. Dan makasih udah nemenin gue saat ini." ucap Reo lagi sambil menatap Keyra dalam-dalam.
Harusnya Keyra senang. Tapi ia merasa sebaliknya. Selain Teagan, dirinya juga sudah berada di arena kolam renang sejak Sybil dan Reo tiba sesuai dengan pesan yang Sybil kirim padanya. Karena itu, Keyra mendengar semua dialog mereka berdua. "Pertama, lo bilang makasih. Selanjutnya, lo bakal bilang maaf karena nolak gue. Ini persis kayak yang udah Sybil lakuin ke lo. Oke, fine. Gue udah cukup terlatih kok."
Reo menggelengkan kepala. Makin lebar saja kedua mata Keyra. "Eh?"
Dengan pelan, Reo meraih tangan Keyra. Ia genggam tangan yang dingin itu. "Mungkin perasaan gue ke Sybil belum sepenuhnya ilang. Tapi kalo gue minta lo buat nunggu gue, apa lo bersedia?"
Mata Keyra yang melebar itu mulai berkaca. Ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar. "Lo... Nggak nolak gue?"
"Gue rasa udah waktunya buat nyerah." Cowok itu menengadah, menatap langit yang terik.
"Lo yakin lo bisa?" Keyra merasa butuh kepastian itu.
"Ini bukan soal bisa atau nggak bisa. Tapi soal mau atau nggak mau."
Keyra tersenyum kecut. "Begini ya, rasanya jadi second choice? Nggak enak."
"Gue nggak maksa lo kok. Karena gue sadar ini bukan perkara instant."
Senyuman kecut Keyra berubah menjadi decakan kesal, "Lo niat deketin gue nggak sih, sebenernya?"
"Tergantung lo. Kalo lo bersedia, ya gue bakal deketin lo. Tapi lo juga harus berusaha bikin gue jatuh cinta sama lo."
Keyra menoleh ke arah Reo dan menatapnya cukup lama.
"Apa?"
"I'll do."
*
Kembali Tenggara berangkat bersama dengan Ruby pagi ini dengan mobil yang sama, ya mobil Tenggara. Dan mereka berdua ini tipikal siswa yang berangkatnya pagi ketika sekolah masih cukup sepi. Tapi namanya gosip, mau sesepi apa pun, tetap saja bisa terendus.
Karena letak kelas Ruby yang di lantai satu, jadilah Ruby dulu yang lebih cepat sampai ke kelas. Biasanya, Ruby menjadi orang pertama yang ada di kelas. Namun kali ini, ia menjadi orang kedua. Uniknya, orang pertama yang ada di kelas, bukan dari kelasnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
she
Teen Fiction(COMPLETE) Alih-alih "move on", Tenggara malah bertemu dengan seorang gadis yang sama persis dengan dia. Begitu mirip, sampai Tenggara nyaris tidak bisa membedakan dia dengan dia yang pernah hidup di masa lalunya.