Bagian 12

12 2 0
                                    

"Ah, gue punya ide!"

*

Teror yang Tenggara kira sudah usai, rupanya masih berlanjut! Tenggara pikir dengan ia memblokir nomor asing itu, orang yang tak ia tau itu akan berhenti mengirim foto Sybil. Ternyata, muncul lagi sebuah nomor asing yang tidak ia kenal dan kembali mengirim foto Sybil. Tenggara yakin, pemilik kedua nomor asing adalah orang yang sama.

Tenggara benar-benar jengkel, sampai-sampai di tengah pergantian jam pelajaran, ia membanting ponselnya dengan kencang ke lantai sampai menimbulkan suara yang kencang pula dan menimbulkan keramaian di kelas jadi terhenti.

"Gar, sabar, Gar, sabaaaaar." Ujar Aden jiper sambil mengelus-elus dada.

"Daripada lo banting HP lo, mending lo sumbangin ke gue, Gar. Duh, sayang banget HP mahal." Yogi melenguh nelangsa melihat iphone series terbaru milik Tenggara yang layar LCD-nya retak akibat dibanting Tenggara tadi.

"Nih, Gar. Gue ambilin HP lo." Dega dengan pelan dan hati-hati memungut ponsel Tenggara, lalu meletakkan di atas meja Tenggara.

Tenggara tidak menyentuh benda itu. Ia hanya menatapnya dengan emosi.

"Berisik apa sih ini, hmmm?" gara-gara suara bantingan ponsel Tenggara tadi, Teagan yang sedang tertidur pun jadi terbangun. Ia mengucek satu matanya dengan gaya seperti anak kecil.

"Siapa yang punya masalah sama gue?" suara Tenggara terdengar mengerikan. Membuat semua orang saling menatap satu sama lain dengan bingung.

"Ma-masalah apa, Gar?" Runa mencoba mewakili kebingungan teman-temannya.

"Sekali lagi gue tanya, siapa yang punya masalah sama gue?" Tenggara kembali mengulang pertanyaannya. Kali ini sambil mengedarkan mata ke penjuru kelas.

Saat matanya berhenti di Saul, dengan cepat Saul menggelengkan kepala berulang kali sambil menggerak-gerakkan kedua telapak tangannya tanda bahwa ia benar-benar tidak merasa mempunyai masalah dengan Tenggara. Maaf, Saul masih trauma dengan pelajaran yang Tenggara beri untuknya saat itu. "Masalah di antara kita kan udah clear, Gar. Kan kita sekarang bestie, Gar."

Sepertinya Saul jujur. Mata Tenggara kembali beredar menatap satu per satu teman-teman sekelasnya. Sampai akhirnya ia mendengar Teagan kembali bersuara.

"Gue."

Tenggara pun segera berdiri, lalu membalikkan badan. Ia pun berhadapan dengan Teagan yang masih duduk di kursinya dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul akibat masih merasa ngantuk. "Elo." Kata Tenggara dengan wajahnya yang datar namun siapa pun bisa melihat di balik kedatarannya itu, tersimpan emosi yang membara.

"Ya." kata Teagan tanpa gentar. Ia juga terlihat begitu santai, bersandar di sandaran kursi.

Saul CS segera bermain mata. Ini yang mereka tunggu-tunggu! Pergulatan antara Tenggara dan Teagan. Sejak kelas 11, Saul memang punya dendam kesumat pada Teagan karena suatu hal. Tetapi karena ia sadar akan kemampuan diri sendiri, ia tidak pernah melampiaskan dendamnya pada Teagan. Karena jika nekat, bisa-bisa nyawanya melayang.

Tenggara diam, memperhatikan Teagan yang kali ini tidak tersenyum menyebalkan seperti biasa. Tandanya, Teagan sedang dalam mode serius.

Sejak pertama bertemu dengan Teagan, Tenggara memang merasa tidak cocok dengannya. Tenggara merasa kalau Teagan itu suka menganggu. Tapi karena gangguan dari Teagan masih bisa terbilang normal, maka Tenggara tidak pernah mempermasalahkannya. Tapi akan lain jika Teagan telah melancarkan gangguan berupa teror tanpa henti.

Tenggara harus menyelesaikannya.

Langsung Tenggara tarik kerah baju Teagan hingga cowok itu berdiri. Dan tanpa menunggu apa-apa, Tenggara pukul wajah Teagan hingga tubuh Teagan limbung dan membentur meja di sampingnya.

sheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang