"Di saat gue udah nggak nangis lagi liat lo, gue rasa gue udah lebih baik."
*
Sybil keluar dari ruang kepala sekolah dengan nafas berat. Baru saja ia mendapat tugas untuk kembali menjadi perwakilan sekolah menyalurkan bantuan sosial. Kali ini bukan untuk panti asuhan Mentari Harapan. Kali ini sasarannya adalah panti jompo Teguh Bersama. Bukan masalah, tentu Sybil dengan sukarela akan melakukannya. Tetapi biasanya ia akan melakukan tugas itu bersama Reo kan? Kali ini, ia tidak yakin bisa melakukannya dengan Reo.
"Okay. I'll do it by myself." Kata Sybil pada dirinya sendiri.
"Kenapa harus sendiri? Murid SMA Patriot nggak cuma lo kan?"
Sybil kaget bukan main. Ternyata ada Teagan di belakangnya. Entah sejak kapan. Yang jelas, cowok itu pasti baru saja mendengar perkataannya.
Terlihat Teagan berjalan menghampiri Sybil dengan lolipop di dalam mulutnya. Begitu tiba di hadapan Sybil, lolipop di dalam mulutnya ia keluarkan. Lalu ia pun tersenyum lebar, "Sama gue ya?"
*
Pemandangan berbeda terjadi di kantin siang ini, di mana semua orang di kantin melihat Sybil dan Teagan duduk bersama dalam satu meja. Sangat ajaib bukan? Siapa pun pasti tau, kalau sebelumnya Sybil dan Teagan bukan teman, apalagi lebih dari itu. Mereka hanya dua orang yang kebetulan berada dalam SMA yang sama dan kebetulan juga saling mengetahui nama satu sama lain.
"Wah, apalagi nih?" komentar Morveo sambil geleng-geleng kepala melihat Sybil dan Teagan yang tampak sedang berbicara.
Reo kaget bukan main. Setelah kemarin ia berurusan dengan Tenggara, apakah selanjutnya ia harus berurusan dengan Teagan?
"Si anak aneh itu ngapain, wooooii? Mau PDKT sama Sybil?" Morveo sampai harus mengucek matanya berulang kali melihat pemandangan langka itu.
Reo tak berkomentar apa-apa. Hanya diam memperhatikan Sybil dan Teagan dengan gigi yang beradu.
"Anak mati rasa kayak Teagan nggak mungkin naksir cewek." Kata Rentang yakin 100%.
Di sisi lain, tiba-tiba saja Teagan terkekeh. Sontak membuat Sybil heran. Pasalnya tadi mereka sedang berbicara serius membahas baksos yang akan dilakukan hari Minggu ini. "Kenapa?"
"Sekarang pasti orang-orang lagi ghibahin gue. Jadi gini ya, rasanya deket sama cewek famous." Ujar Teagan masih terkekeh.
Sybil pun mengedarkan mata ke penjuru kantin. Di saat itu, matanya bertemu dengan mata Reo. Dengan cepat Sybil mengalihkannya. Sybil sendiri tak cukup sadar sebenarnya kalau Teagan tidak mengatakannya. "So, how do you feel?" tanya Sybil sembari menyeruput jus mangganya tanpa terganggu dengan tatapan mata yang tengah tertuju padanya.
"Sangat terhibur." Kali ini bukan kekehan. Cowok itu menyeringai penuh misteri.
Kening Sybil seketika menyatu.
"Chill, Bil! Gue nggak bakal macem-macem sama lo kok. Kecuali..."
Perkataan Teagan yang sengaja digantung, membuat Sybil penasaran. "Kecuali apa?"
"Kecuali emang diperlukan." Senyum Teagan yang polos segera terlihat.
*
Sambil bersiul, Teagan berjalan memasuki kelasnya. Di kelas, sudah ada banyak temannya yang lebih dulu sampai. Beberapa langsung menyorakinya karena tadi ia sudah duduk di kantin berdua dengan Sybil. Sejauh ini, baru Reo dan Teagan yang bisa membuat rekor tersebut.
Siulan Teagan makin kencang. Senyumnya tak bisa ia sembunyikan. Terlebih ia melihat Saul CS tengah menatapnya dengan mulut mereka yang komat-kamit seperti sedang merapal mantra. "Iri ya?" ledeknya benar-benar menyebalkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
she
Jugendliteratur(COMPLETE) Alih-alih "move on", Tenggara malah bertemu dengan seorang gadis yang sama persis dengan dia. Begitu mirip, sampai Tenggara nyaris tidak bisa membedakan dia dengan dia yang pernah hidup di masa lalunya.