Bagian 10

15 3 0
                                    

"Southeast?"

*

"Bil!"

Segera Sybil menoleh begitu ia mendengar namanya dipanggil oleh Reo yang terlihat tengah berjalan cepat menuju ke arahnya. "Hm?" ujar gadis itu setelah Reo tiba di hadapannya.

"Kok lo masih di sini?" tanya Reo. Padahal tadi Reo sudah mau masuk ke dalam mobilnya, tapi segera ia keluar begitu ia melihat Sybil masih berada di area sekolah padahal bel pulang sudah berlalu sekitar 15 menit yang lalu.

"Lagi nunggu taksi online." Jawab Sybil sambil menggoyangkan ponsel di tangannya, memberi bukti bahwa ia memang sedang melakukan kegiatan tersebut.

"Supir lo mana?" kedua alis Reo kontan mengerut. Reo tau betul, Sybil ini kalau pulang sekolah atau berangkat, jarang sekali menggunakan kendaraan umum. Biasanya kalau tidak sedang dalam acara dengannya—atau sebut saja diantar pulang oleh Reo—Sybil akan pulang dijemput oleh supir keluarganya.

"Lagi di luar kota sama bokap."

Tanpa sadar Reo mengulum senyum. Ini adalah kesempatan emas baginya. Tak mungkin akan ia sia-siakan. "Gue anter aja gimana?"

Sybil yang semula sedang memperhatikan layar ponsel, segera menoleh menatap Reo. Apa ia tidak salah dengar? Reo mau mengantarnya pulang? Setelah kejadian itu? Kejadian menembak Reo itu loh. "Lo baik-baik aja?"

Reo mendengus. Tampaknya ia tau maksud pertanyaan Sybil. "Lo emang udah nolak gue. Tapi gue nggak punya alesan buat jauhin lo."

Kedua bola mata Sybil memutar.

"Sini, gue cancel." Dengan lembut, Reo merebut ponsel Sybil lalu menekan tombol cancel sehingga Sybil tidak perlu pulang menggunakan taksi online. "Sorry, Pak. Sybil sama gue." katanya kemudian mengembalikan kembali ponsel Sybil pada pemiliknya.

Kalau sudah begini, bagaimana Sybil akan menolak.

*

"Eh, Re! Re! Bentar!"

Gara-gara perkataan Sybil yang cepat dan tiba-tiba itu, mobil Reo pun mendadak berhenti. Reo kaget. "Ada apa?" tanyanya panik, takut terjadi sesuatu pada Sybil.

Sybil meringis sambil menggeleng. "Re—"

TIIN... TIIN... TIIN...

"Re, jalan dulu." Sybil menyuruh Reo untuk kembali menjalankan mobil karena diklakson oleh mobil lain. Bagaimana tidak, Reo menghentikan mobil di tengah jalan begitu.

"Ada apa, Bil?" tanya Reo masih khawatir begitu mobil sudah berhenti di pinggir jalan.

"Gue lupa, buku Kimia gue kebawa sama Key. Kalo lo mau nganter gue buat ambil ke tempat Key, gue sangat berterima kasih. Tapi kalo nggak, it's okay, gue bisa turun di sini."

"Maksud lo, gue bakal tega nelantarin lo di sini, hm? Gue sejahat itu?" decak Reo sambil bersiap menjalankan mobilnya lagi. Bagus, ternyata bukan hal buruk yang perlu Reo khawatirkan.

"Ya gue kan nggak maksa. Barangkali lo mau cepet-cepet pulang at—"

"Mana mungkin gue milih yang lain selagi gue sama lo?" potong Reo cepat tanpa menoleh.

Mulut Sybil pun terkatup rapat.

*

"Tempat apaan?" Reo melongok lewat kaca mobil, memperhatikan bangunan yang ada di depannya. Setau Reo, tidak ada bangunan apartement maupun rumah seperti ini di Jakarta.

"Lo mau ikut masuk atau di sini aja?" tanpa menjawab pertanyaan Reo, Sybil bertanya.

"Masuk."

Begitu memasuki gedung itu, Reo cukup terkejut. Pasalnya isi dalam gedung itu kebanyakan cewek-cewek yang kalau boleh jujur, membuat Reo cukup senang dan puas. Karena apa? Karena di tempat itu banyak cewek-cewek yang memakai pakaian ketat dan seksi. "Ini..."

sheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang