"Ini maksudnya apa?"
*
Orang yang sudah ia tunggu, telah datang!
Tepat seperti yang sudah Tenggara tau melalui CCTV. Tidak salah lagi, orang itu adalah orang yang saat ini beberapa meter ada di hadapannya.
"Gue rasa gue udah beberapa kali ketemu sama lo." Tenggara memulai dialog lebih dulu, sebagai sapaan pembuka untuk orang yang telah berhasil ia undang.
Orang itu tidak merespon. Orang itu hanya diam sambil menatap Tenggara dengan sorot tajam, tidak bersahabat, tidak suka.
Tenggara tau itu. Tetapi yang tidak ia tau, kenapa orang itu menatapnya dengan tatapan seperti itu padahal ia tidak punya urusan apa pun dengannya? Ah, sebentar. Benarkah ia tidak punya urusan apa pun dengannya? Tidak tau. Belum tau. Untuk itulah, Tenggara menyuruhnya datang sekarang.
"Dari mana lo tau soal gue?" tanya Tenggara tidak mau berbasa-basi lagi.
Orang itu lagi-lagi tidak menjawab.
"Dari mana lo tau soal Rowena?" tanya Tenggara lagi sambil mendekat ke arah orang itu hingga hanya menyisakan jarak kurang lebih dua meter.
"Jangan sebut nama Rowena!" orang itu pun akhirnya bereaksi dengan suaranya yang penuh amarah.
Mata Tenggara menyipit, "Di mana Rowena?"
Orang itu mendesis. "Gue bilang, jangan sebut nama Rowena."
"Gue tanya sekali lagi, di mana Rowena?" Tenggara tidak peduli, apalagi takut. Saat ini informasi tentang Rowena lah yang paling ia ingin dengar. Dan tampaknya, orang ini tau tentang Rowena.
Mata orang itu menatap nyalang kedua mata Tenggara. Kilatan emosi tergambar jelas di sana. "Orang brengsek kayak lo nggak berhak nyebut nama Rowena."
Semakin orang itu melarang Tenggara menyebut nama Rowena, malah memancing emosi Tenggara. "Di mana Rowena?" tanya Tenggara dengan nada bicara dan sorot yang mengerikan.
"Mau lo maksa gue pake cara apa pun, gue nggak bakal ngasih tau lo di mana Rowena." Orang itu tetap bersih keras tidak mau menjawab pertanyaan Tenggara meski Tenggara sudah terlihat semengrikan itu.
"Lo siapa?" akhirnya Tenggara mengganti pertanyaan untuk orang itu.
Orang itu diam, lalu menunduk secara perlahan. Dan tiba-tiba bahunya berguncang. Setelah tadi ia marah mendengar Tenggara menyebut nama Rowena, kini orang itu tertawa terbahak.
Tenggara diam dengan kening yang berkerut.
"Seperti dugaan gue." orang itu mengangkat wajah sambil tersenyum dingin.
Tenggara tidak mengerti kenapa tadi ia tertawa dan maksud ucapannya.
"Udah kan? Sesuai perintah lo, gue udah dateng dan lo udah tau siapa peneror itu." setelah mengatakan itu, ia membalikkan badan dan berjalan menuju pintu atap. Namun sebelum ia benar-benar keluar melalui pintu itu, ia berhenti dan mengatakan, "Jangan buntutin gue pulang. Karena percuma, lo tetep nggak bakal tau di mana Rowena."
Selain karena ucapan terakhir orang itu, Tenggara memang tidak berniat untuk membuntutinya. Saat ini, ia sedang berpikir keras. Siapa sebenarnya orang tadi? Selain info dari Sybil mengenai nama orang itu, tidak ada lagi yang Tenggara tau tentangnya.
Tentang Ruby.
*
Ruby adalah anak kelas 10-5 yang beberapa kali Tenggara lihat menjadi korban perundungan anak-anak kelas 11. Entah karena apa, Tenggara tidak tau. Dan sebenarnya tidak ingin tau pula. Tetapi sepertinya Tenggara perlu tau agar ia bisa mencari informasi lebih lanjut tentang siapa sebenarnya Ruby dan apa hubungannya dengan Rowena. Tampaknya Ruby banyak tau tentang gadis yang sudah lama Tenggara ingin temui itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
she
Teen Fiction(COMPLETE) Alih-alih "move on", Tenggara malah bertemu dengan seorang gadis yang sama persis dengan dia. Begitu mirip, sampai Tenggara nyaris tidak bisa membedakan dia dengan dia yang pernah hidup di masa lalunya.