Bagian 15

13 2 0
                                    

"Lucu."

*

Hari ini Tenggara datang lebih pagi dari hari-hari sebelumnya. Sengaja ia melakukannya, karena ada yang ingin ia pastikan. Meski ia sudah berhasil menarik kesimpulan dan sudah menggertak si peneror dengan, ia masih harus memastikannya dengan benar dan tepat. Ia baru ingat kalau sekolah memasang CCTV di beberapa titik sudut. Karenanya, ia ingin memeriksa, sudut sekolah mana saja yang dipasang CCTV. Apakah tempat ia berjalan bersama Sybil kala itu termasuk ke dalam jangkauan CCTV atau tidak.

Seringai Tenggara segera tercetak. Ia menyayangkan kebodohan serta ketelodoran si peneror yang melupakan fakta bahwa di setiap depan kelas terpasang CCTV. Bahkan di sepanjang koridor juga banyak spot kamera CCTV yang sangat memungkinkan segala aktivitas yang dilakukan di koridor kelas pasti terekam.

Pertanyaannya sekarang adalah, bagiamana Tenggara bisa melihat rekaman CCTV sekolah? Tenggara tau, di sekolah barunya ini semua siswa tidak diperkenankan untuk melihat rekaman CCTV untuk kepentingan apa pun. Jika memang diperlukan, pasti bukan siswa sendiri yang memeriksanya, melainkan perwakilan guru atau jika memang membutuhkan saksi dalam kasus tertentu, baru siswa itu diperbolehkan. Artinya, apakah Tenggara harus membuat kasus tertentu agar dirinya diperbolehkan memeriksa CCTV sekolah?

"Lo lagi ngapain di tengah koridor?" tak hanya Tenggara, Sybil rupanya juga termasuk golongan siswa yang berangkat awal. Gadis itu terlihat heran, melihat Tenggara berdiri di tengah koridor sambil memperhatikan kamera CCTV.

Karena kedatangan Sybil, perhatian Tenggara jadi beralih. "Dalam kasus apa siswa bisa liat rekaman CCTV?" kedua mata Tenggara menatap kedua mata Sybil tanpa kedip.

"Hah?" Sybil terkejut dengan pertanyaan Tenggara yang ajaib.

"Lo cucu pemilik yayasan sekolah ini kan?" perlahan, Tenggara mulai mendekati Sybil tanpa mengalihkan perhatiannya sama sekali dari Sybil.

Merasa dejavu, mendadak Sybil kembali merasakan vibe yang sama, seperti yang pernah ia rasakan dulu, saat Tenggara menarik seragamnya hingga perutnya terlihat. Sybil pun mundur dengan langkah yang hati-hati. "Lo mau apa?" tanya Sybil dengan suara seperti mendesis.

Tenggara tidak menjawab. Ia hanya terus melangkahkan kaki ke depan dengan pelan, seiring dengan Sybil yang mundur.

Sybil yakin ini sudah tidak beres. Hal yang membahayakan dirinya akan segera terjadi. Karena itu, selagi masih mempunyai kesempatan, Sybil segera membalikkan badan dan bersiap untuk berlari. Tetapi sangat tidak terduga, tepat di belakangnya, ada seorang siswa yang nyaris saja ia tubruk jika Tenggara tidak segera menarik lengannya.

Kejadian yang begitu cepat itu, membuat Sybil kaget bukan main. Niat hati ia mau kabur dari Tenggara, ia malah nyaris menabrak seorang siswa. "Sori." Kata Sybil pada siswa yang ternyata adalah Ruby.

Ruby tidak merespon. Adik kelas itu hanya diam sambil memperhatikan kedua kakak kelasnya yang entah bagaimana malah terlihat mesra. Terlihat punggung Sybil menempel ke dada Tenggara dan tangan Tenggara mencekal lengan Sybil. Masih tanpa mengucapkan apa pun, Ruby segera melanjutkan langkahnya. Berjalan melewati kedua kakak kelasnya, kemudian memasuki kelas 10-5.

Tanpa Ruby sadari, kedua mata Tenggara diam-diam memperhatikannya sampai ia benar-benar masuk ke kelas 10-5 dan menjadi siswa yang pertama datang di kelas itu.

Sybil yang akhirnya sadar akan posisinya yang terlalu dekat dengan Tenggara, segera menarik diri. Cekalan di lengannya pun terlepas dan membuat perhatian Tenggara kembali tertuju padanya.

Sybil membalikkan badan. Gagal kabur, membuat ia mau tidak mau harus berhadapan langsung dengan Tenggara, "Lo, berani lagi macem-macem sama gue, gue nggak segan bikin perhitungan sama lo!" kata-kata Sybil penuh penekanan, menandakan ia marah.

sheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang