Bagian 19

12 1 0
                                    

"Gue udah ketemu sama Rowena."

*

Reo tersenyum pahit mendengar apa yang baru saja Keyra ceritakan padanya. Hari ini kembali Reo menemui Keyra dan mengajaknya mampir ke café seberang tempat les pilates Keyra untuk mengobrol soal Sybil. Keyra bilang jika sepertinya ada sesuatu di antara Sybil dan Tenggara.

Marah? Tentu. Kecewa? Apalagi. Sybil, gadis yang selama ini ia suka malah lebih memilih cowok lain daripada dirinya. Parahnya, cowok itu adalah temannya sendiri yang mengaku dirinya menyukai cewek bernama Rowena.

Karena itu, Reo butuh penjelasan. Khususnya penjelasan Tenggara. Maka tanpa perlu membuang-buang waktu, ia pun menghubungi Tenggara dengan mengirimkan pesan teks untuknya.

Nanti malem, gue tunggu di 1961.

*

Pesan dari Reo tak Tenggara gubris sama sekali. Hanya ia baca sekilas, kemudian ia letakkan kembali ponselnya di atas meja. Tak ada yang bisa ia pikirkan selain Rowena sejak ia mengetahui kondisi Rowena. Tak ada pula yang perlu ia urus selain itu.

Pikiran-pikiran tentang Rowena benar-benar telah merenggut semua hari-hari Tenggara. Harapan yang tipis serta rasa takut terus menggerogoti otaknya. Bagaimana jika Rowena tidak akan bangun dan tidak akan pernah bangun? Bagaimana jika Tenggara tidak bisa mendengar suaranya lagi di saat ia sudah dipertemukan kembali dengannya? Bagaimana jika Tenggara tidak bisa melihatnya lagi?

Ini adalah ketakutan nyata yang tidak akan pernah mau Tenggara rasakan.

*

"Gue tungguin lo semalem. Kenapa nggak dateng?" pertanyaan dari Reo membuat langkah Tenggara terhenti. Baru saja Tenggara tiba di sekolah, Reo sudah mencegatnya dengan pertanyaan itu.

"Gue nggak ada urusan sama lo." Kata Tenggara acuh. Ia pun kembali melanjutkan langkah. Namun Reo menghadang.

"Ada." Tegas Reo dengan kedua mata menatap lurus ke kedua mata Tenggara.

Tenggara menghembuskan nafasnya kasar. Ia tampak jengah, namun ia terpaksa diam menunggu Reo berbicara lebih lanjut.

"Lo ngincer Sybil?" tembak Reo on point.

"Buat apa lo nanyain hal yang udah pernah lo tanyain?"

"Apa lo udah lupain Rowena?" tidak peduli dengan tanggapan malas Tenggara, Reo melanjutkan kalimatnya dengan menunjukkan wajah yang lebih serius.

Wajah Tenggara yang malas pun berubah menjadi lebih beremosi. Matanya segera mengunci mata Reo dengan tatapan yang tajam. "Lo pikir Sybil bisa gantiin posisi Rowena?"

*

Sybil baru saja kembali dari ruang guru saat ia tidak sengaja melihat Ruby memasuki UKS. Semula Sybil tidak berniat untuk mengikutinya, tetapi karena ia teringat dengan tatapan kosong Tenggara kemarin ditambah kata-kata Teagan, akhirnya ia menghianati niatnya. Kebetulan, di ruang UKS saat ini sedang kosong. Hanya ada Ruby dan dirinya saja.

"Gue mau tanya sesuatu sama lo."

Ruby segera menoleh. Ia tampak cukup kaget dengan kemunculan Sybil yang tiba-tiba. "Lo ngikutin gue?" Ruby tidak bisa untuk tidak bertanya. Tentu saja, ia tidak suka jika memang benar Sybil melakukannya.

"Iya."

Wajah tidak suka Ruby segera terlihat jelas.

"Sori." Kata Sybil singkat, padat dan jelas.

"Mau tanya apa?" tanya Ruby mempersingkat waktu.

"Gara udah nemuin lo?" tanya Sybil yang juga menyingkat waktu tanpa perlu basa-basi.

sheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang