Bagian 30

16 2 0
                                    

"Minggir!"

*

Koridor lantai 3 menjadi saksi bertemunya Tenggara dengan Reo setelah pertikaian mereka yang sempat melibatkan Sybil terjadi beberapa hari lalu. Meski sudah lewat, aura ketegangan masih kental terasa di antara kedua cowok itu. Bahkan orang-orang di sekitar mereka bisa turut merasakannya. Semula, orang-orang di SMA Patriot berpikir Reo tiada lawan—lawan dalam memperjuangkan Sybil. Nyatanya, lawan Reo muncul juga di tahun terakhir Reo bersekolah di sekolah ini.

Yang mana bisa dibilang Tenggara adalah lawan yang sepadan dengan Reo. Wajah Tenggara itu tampan—tidak kalah dengan Reo. Malah ada beberapa yang semula menggemari Reo, membelot menjadi penggemar Tenggara. Dilihat dari semua yang menempel pada Tenggara dan juga mobil yang Tenggara bawa ke sekolah, bisa diyakini jika Tenggara juga berasal dari keluarga kaya seperti Reo. Bahkan di bidang akademis, Tenggara lebih unggul dari Reo. Teman sekelas Tenggara bisa menjadi saksi kepintaran otak Tenggara dalam berbagai macam pelajaran.

Rentang yang semula berjalan di belakang Reo, segera meringsek maju hingga tubuh Reo yang berhadapan dengan Tenggara otomatis tertutup karena badan Rentang yang lebih besar dan tinggi darinya. Tak hanya lebih besar dan tinggi dari Reo, Rentang juga melebihi kebesaran dan ketinggian tubuh Tenggara. "Re, mau gue patahin kaki atau tangannya?" tanya Rentang pada Reo tanpa menatap lawan bicaranya. Mata Rentang hanya tertuju pada Tenggara yang ia kunci dalam manik coklatnya.

Sebelum Reo atau Tenggara menanggapi perkataan Rentang yang terkesan seperti sebuah deklarasi perang, Teagan muncul dari arah belakang Tenggara dengan badannya yang tidak setinggi Tenggara apalagi Rentang. "Udah bisa matahin tulang ya?" katanya sambil tersenyum menyebalkan.

Gara-gara ucapannya, baik Tenggara, Rentang maupun Reo serentak menoleh pada Teagan.

"Jangan tegang gitu. Rileks."

Untung saja Tenggara sudah terbiasa. Jika tidak, ia pasti sudah terkejut dengan Teagan yang suka tiba-tiba muncul seperti jelangkung.

Rentang berdecak. Ia tatap Teagan dengan penuh emosi dan rasa dendam. Kedua tangannya mengepal. Hal itu tak luput dari perhatian Reo.

"Gar, gimana nge-date-nya kemaren? Lancar kan?" sengaja Teagan bertanya seperti itu pada Tenggara sambil meletakkan satu tangan di bahu Tenggara.

Tenggara membuang wajah, jengah. Kemunculan Teagan tidak lebih hanya ingin dan akan membuat masalah baru.

"Nge-date?" tanya Reo dengan mata menyipit.

Senyum di wajah Teagan kian melebar. Ia pun berjalan menuju Reo setelah memaksa Rentang minggir untuk membuat jalan. "Jangan bilang-bilang ya, kemaren Gara habis nge-date sama Sybil. Berduaan." Bisiknya di telinga Reo seraya menyeringai lebar.

Kedua mata Reo sontak melebar. Yang mana itu membuat Teagan tersenyum puas. Teagan benar-benar menikmatinya.

Sekarang giliran Reo yang bergerak maju untuk berhadapan dengan Tenggara tanpa ada yang menghalangi. Dengan gigi yang saling mendesis, Reo menunjukkan amarah dan kecemburuannya, "Lo bener-bener ya?!"

Semula Tenggara hanya diam. Tetapi ia segera sadar, kediamannya tidak akan mampu meredam amarah Reo yang tengah dibutakan oleh rasa cemburu. Pun dengan ia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi juga tak akan cukup membuat Reo tidak emosi. Karena itu, Tenggara memilih kalimat lain untuk ia ucapkan pada Reo. "Dia bebas dan punya hak atas dirinya buat jalan sama orang yang dia mau."

Untuk kedua kalinya, mata Reo melebar. Tidak percaya Tenggara mampu mengucapkan kalimat itu. "Lo—"

"Lo bukan pacar Sybil." Potong Tenggara benar-benar menohok hati Reo. Hati yang paling dalam.

sheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang