Bagian 50

6 1 0
                                    

"Untuk sekarang dan untuk ke depannya, gue harap cuma ada gue dan lo."

*

Mobil Tenggara akhirnya berhenti di tempat di mana ia biasa memarkir di sekolah. Ini adalah keuntungan siswa yang berangkat lebih awal. Bebas memilih tempat parkir karena baru sedikit siswa yang datang. Sebelum keluar dari mobilnya, Tenggara melihat seseorang tak jauh dari depan mobilnya, tengah berjalan sendiri ke arahnya. Tenggara cukup heran sampai ia mematung beberapa saat.

Ketika seseorang itu sudah sampai di samping mobil dan mengetuk kaca mobilnya, barulah Tenggara tersadar. Ia pun segera keluar dari mobil dan berhadapan dengan Sybil untuk pertama kali sejak hari Sabtu mereka bertemu.

Sybil melirik ke dalam mobil Tenggara. Sekali lagi memastikan penglihatannya bahwa ia tidak salah, melihat Tenggara berangkat sendiri tanpa Ruby. Kemarin Ruby bilang kalau Tenggara sudah pulang lebih dulu sehingga mereka berdua tidak pulang bersama. Sekarang, Tenggara juga berangkat sendiri. Sepertinya hubungan Tenggara dan Ruby memang sedang tidak baik. Ya, mungkin karena insiden hari Sabtu kemarin. Karenanya.

"Ada apa?" Tenggara mengawali dialog sebab ia tunggu-tunggu, Sybil tak kunjung bersuara.

Perhatian Sybil segera tertuju kepadanya. "Sori kemaren Minggu gue nggak bisa dateng."

Tenggara tidak merespon. Lagipula Sybil juga sudah mengatakannya lewat chat yang serupa.

"Kalo lo bersedia, kita bisa pergi hari Minggu besok."

Kening Tenggara langsung mengerut mendengarnya.

"Museum date." Setelah mengatakan sesuatu yang membuat Tenggara tercengang, gadis itu pun berlalu begitu saja. Meninggalkan Tenggara seorang diri di pagi yang cukup dingin dan sunyi.

Sampai di kelas, sampai pelajaran tiba, hingga sampai pelajaran hari ini usai, Tenggara masih terus memikirkan perkataan Sybil. Kenapa Sybil tiba-tiba berkata seperti itu? Kenapa Sybil terkesan berubah? Apakah ada sesuatu yang menimpanya sehingga ia berubah pikiran dan mau membuka diri untuknya?

Ah, sial! Tetap saja Tenggara tidak menemukan jawabnya meski sudah seharian ini ia memikirkannya. Sepertinya Tenggara memang harus menuntut penjelasan langsung kepada Sybil sekarang juga.

Akan tetapi, bukan Sybil. Justru yang mendatanginya adalah Ruby. Dengan seenaknya, gadis itu langsung memasuki mobil Tenggara yang memang tidak Tenggara kunci. Tenggara sudah lebih dulu duduk di balik setir mobilnya. Bermaksud menunggu Sybil.

"Kenapa? Gue nggak boleh masuk ke mobil lo lagi?" tanya Ruby karena Tenggara melihatnya dengan sorot yang tidak menyenangkan.

Tenggara hanya berdecak. Lalu dengan terpaksa, ia mulai menjalankan mobil. Hari ini ia batal berbicara dengan Sybil.

Sebelum mobil benar-benar keluar dari pelataran sekolah, Ruby sempat melihat Sybil ada di area parkir mobil. Ruby sedikit tersenyum penuh kemenangan saat Sybil juga melihat ke arahnya dengan wajahnya yang datar.

"Gue laper. Bisa mampir makan dulu nggak?" Ruby meminta pada Tenggara.

Namun Tenggara hanya diam. Diamnya Tenggara yang Ruby pikir adalah menuruti kemauannya, rupanya malah sebaliknya. Tenggara langsung mengantar Ruby ke arah jalan rumahnya. Sebelum benar-benar memasuki komplek rumahnya, Ruby segera meminta cowok itu menghentikan mobilnya.

"Kan gue bilang laper. Kita mampir makan dulu. Baru pulang!" seru Ruby.

"Oke, kita ngomong di sini."

Kening Ruby langsung mengerut. Tidak mengerti dengan maksud ucapan serta tindakan Tenggara.

sheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang