"Sampe Sybil buka hatinya buat lo."
*
"Terus lo udah atau mau gimana?" pertanyaan itu Sybil lontarkan saat ia sedang bersama Tenggara seorang di salah satu sudut taman sekolah yang cukup sepi. Tujuan mereka berada di tempat yang cukup sepi, tentu saja agar tidak mengundang perhatian orang. Selain itu pula, yang dibahas kan hal yang confidental.
"Belum gue gimana-gimanain." Jawab Tenggara.
Sybil hanya menaikkan kedua alis. Lalu ia mengangguk-angguk sambil menyedot boba yang ia beli di kantin. "Pertanyaannya, kenapa dia neror lo? Apa dia orang yang kenal sama Rowena?"
Itu dia yang semalam Tenggara pikirkan hingga sekarang. Siapa orang itu? Kenapa ia bisa menerornya dengan terus mengirim foto Rowena? Darimana ia tau soal Rowena? Soal dirinya? Pertanyaan-pertanyaan itu tidak akan bisa terjawab selama Tenggara tidak menanyakannya secara langsung pada orang itu. Dan itu adalah bagiannya, seluruhnya menjadi bagiannya. Tugasnya, kewajibannya. Dan keinginannya. Untuk itu, Sybil sudah tidak perlu lagi ikut campur. "Thanks buat bantuannya semalem." Alih-alih menjawab pertanyaan Sybil, Tenggara sengaja mengganti topik pembicaraan.
"Hm."
"Kenapa lo mau bantuin gue?" Tenggara kembali bertanya pada Sybil tentang apa yang sudah Sybil lakukan untuknya tadi malam.
"Nggak boleh bantuin orang yang kesusahan?" Sybil balas bertanya.
"Tadi malem terlalu beresiko buat lo."
Sybil menarik nafas dalam. "Yang penting lo udah mulai nemu titik terang kan? Siapa tau dari situ nanti, lo jadi tau keberadaan Rowena."
Tenggara diam beberapa saat sambil memperhatikan wajah Sybil tanpa kedip. Ia sungguh menyesal pernah mengecap Sybil sebagai gadis yang jahat. Nyatanya, Sybil adalah gadis yang baik dan suka menolong.
Merasa tidak nyaman karena tatapan Tenggara, Sybil pun segera mengalihkan pandangan seraya berdehem, "Gue balik kelas duluan." Pamitnya kemudian segera pergi.
Masih dengan iringan tatapan mata Tenggara dalam diam.
*
"Dari mana aja lo?" Keyra bertanya pada Sybil begitu akhirnya bertemu dengan orang yang sedari tadi ia cari.
"Kenapa? Nyariin gue ya?" ledek Sybil.
Keyra mendecih. "Bukan gue. Tapi Reo. Dia nyariin lo dari tadi." Kemudian mata Keyra memberi kode ke arah kanan, di mana dari arah itu, muncul orang yang baru saja namanya disebut. Setelah orang itu mendekat, Keyra segera pergi. Membiarkan temannya dan Reo berduaan.
"Lo dari mana aja? Gue nyariin lo dari tadi." Itu yang pertama Reo katakan begitu tiba di hadapan Sybil.
"Nih." Sybil mengocok boba di hadapan Reo. Memberi jawaban lewat tindakan seringkali lebih efektif daripada menggunakan kata-kata.
"Tapi tadi gue ke kantin, lo nggak ada." Satu alis Reo sedikit berkedut.
"Ya gue nggak tau." Sybil mengedikkan bahu sambil kembali menyeruput boba.
"Terus, tadi malem lo juga pergi. Kemana?" Reo kembali bertanya.
Sybil sudah tau tentang ini. Sebab tadi pagi Bi Walimar dan Lakshan sudah memberi tahunya. Jadi Sybil tidak kaget sekaligus sudah menyiapkan jawaban. "Sejak kapan gue harus ngasih tau lo kalo gue mau pergi?"
Alis Reo kembali berkedut. Ia tersinggung dengan kalimat Sybil.
"Re, we are friends, right? Dan kita semua punya urusan masing-masing." Meski Sybil mengatakannya dengan tenang dan damai, namun tetap saja efek yang timbul dari perkataannya membuat hati Reo terguncang.
KAMU SEDANG MEMBACA
she
Ficção Adolescente(COMPLETE) Alih-alih "move on", Tenggara malah bertemu dengan seorang gadis yang sama persis dengan dia. Begitu mirip, sampai Tenggara nyaris tidak bisa membedakan dia dengan dia yang pernah hidup di masa lalunya.