Bagian 28

15 2 0
                                    

"Gue belum maafin lo."

*

"Selera lo downgrade?"

Tenggara benar-benar tidak mengerti dengan arti ucapan Teagan. Ia baru saja tiba di kelas dan baru duduk di bangkunya.

"Gar, gosip itu bener?" Saul yang sudah lebih dulu datang di kelas segera menghampiri meja Tenggara dan meminta konfirmasi padanya.

Lagi-lagi Tenggara tidak mengerti. Baik Teagan maupun Saul sama-sama berbicara hal di luar nalar.

Seolah tau kalau Tenggara tidak tau, Saul pun membuka suaranya lagi, "Lo lagi digosipin sama anak kelas 10 yang namanya Ruby."

Satu alis Tenggara pun terangkat. Oh, ini pasti gara-gara kemarin Tenggara datang ke kelas Ruby untuk mengambil tasnya lalu mengantarnya pulang. Hebat sekali ya, hanya satu tindakan itu, gosip sudah beredar kemana-mana.

"Kalo nggak digosipin sama lo, Gar, gue nggak tau loh, di Patriot ada cewek yang namanya Ruby." Herlambang ikut menghampiri meja Tenggara. Begitu pula member Gerakan Pemuda 12-4 lainnya yang menjadikan Tenggara sebagai pusat objek mereka.

"Tapi dia cakep juga kok." Ujar Aden.

"Cakepan Sybil." Teagan menyela tidak setuju.

"Siapa yang minta pendapat lo?" sembur Aden tidak suka karena Teagan dianggap ikut campur.

Beda dengan Aden, justru begini respon Saul, "Oh, akhirnya ada juga cewek yang bisa nyuri perhatian lo?"

"Gue bilang dia cantik bukan berarti gue jadi perhatian sama dia. Pemikiran lo kolot, primitif." Ejek Teagan santai.

Saul pun berang. "Enak aja! Lo itu yang kolot! Primitif! Konvensional! Udik!"

Untung saja Bu Hannah segera datang ke kelas. Sehingga Tenggara tidak perlu repot-repot bertindak untuk menghentikan perdebatan mereka.

*

Ruby menghela nafas lega karena untung saja tadi ia membawa bekal dari rumah sehingga di istirahat siang kali ini, ia tidak perlu ke kantin untuk makan dan bertemu banyak orang. Sejak tadi pagi, ia sudah terganggu dengan gosip yang beredar tentangnya dan kakak kelas bernama Tenggara.

"Hei," Ruby segera mengangkat wajah ketika teman sekelasnya yang bernama Novela datang menghampiri tempat duduknya.

Meski sekelas, bukan berarti Ruby mengenal semua temannya. Ia hanya sebatas tau nama dan orangnya saja. Novela, cewek heboh yang berpenampilan sangat mencolok dengan segala aksesoris bling-bling yang menempel di tubuhnya. Belum lagi berita tentangnya yang tengah mengejar kakak kelas meski sudah ditolak berulang kali.

"Ya?" Ruby menyahut seperlunya.

"Lo beneran pacaran sama Kak Gara?" tembak Novela straight to the point.

Ruby langsung menghembuskan nafasnya kasar.

"Hei, jawab dong!" desak Novela.

"Nggak."

Kening Novela mengerut. "Oh ya? Tapi kalian kemarin pulang bareng kan? Kak Gara sampe rela bolos pelajaran yang tersisa demi nganterin lo pulang. Bahkan Kak Gara juga ambilin tas lo di kelas. Apa namanya kalo bukan pacar?"

Ruby berdecak. Ia sudah sangat ingin makan. Tapi keberadaan Novela menundanya. "Lo mau apa?"

Novela melirik kanan dan kiri, setelah ia rasa aman, ia segera duduk di bangku depan Ruby sambil memajukan tubuh ke arah Ruby. "Kasih tau gue tips dan triknya. Gue juga mau Kak Rentang notice gue."

sheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang