"Halah, dasar bocil!"
*
Proses pemakaman Rowena dilakukan di hari yang sama dengan hari meninggalnya dengan dihadiri banyak kerabat serta teman-teman sekolahnya. Di samping makam Rowena yang masih basah itu, terlihat Ruby sedang menangis tersedu sambil memeluk pusara sang kakak. Di sampingnya ada Rania yang juga menangis. Dan di samping Rania, ada Ditto yang berusaha tegar sambil menguatkan dua perempuan tersisa yang ia sayang.
Sedangkan Tenggara hanya diam dengan tatapan kosong menatap semua yang tersaji di depannya. Pikiran segar dan positif yang sebelumnya berhasil ia bangun dalan waktu singkat, luruh lantak dalam sekejap. Kenyataan yang ia hadapi terlalu jauh berbeda dari apa yang ada di pikirannya pagi ini. Faktanya, pikiran negatiflah yang memang benar terjadi. Rasa yang ia takutkan selama inilah yang ia dapat.
Tenggara telah benar-benar kehilangan Rowena untuk selama-lamanya. Tanpa pernah pamit atau sekedar saling melihat satu sama lain. Rowena tidak pernah tau jika dirinya sudah bertemu dengan Tenggara. Rowena tidak pernah dan tidak akan pernah tau bahwa Tenggara sudah sempat berada di sisinya, sebelum hari kepergiannya tiba.
"Gue harus gimana sekarang?" gumam Tenggara sembari menengadah ke langit yang saat ini menitikkan air hujan hingga membasahi wajahnya.
*
Tiga hari berlalu sejak kematian Rowena. Tiga hari pula Tenggara tidak berangkat ke sekolah tanpa menginformasikan alasan apa pun. Hal ini tentu jadi pertanyaan teman-teman sekelas, terutama Teagan dan Gerakan Pemuda 12-4. Bagaimana pun Tenggara menganggap mereka, tampaknya mereka tetap menganggap Tenggara bagian dari kelas 12-4.
Karena tak kunjung mendengar kabar Tenggara, Teagan pun memutuskan untuk mencari informasi tentang Tenggara dengan bertanya ke anak dari kelas lain. Siapa? Sybil.
"Gue nggak tau." Begitu kata gadis itu saat Teagan bertanya tentang keberadaan Tenggara dan alasan kenapa Tenggara tidak masuk ke sekolah.
"Mengecewakan. Gue pikir kalian udah ada kemajuan. Ck." Teagan sedikit kecewa dengan jawaban Sybil.
"Hah?" kening Sybil pun mengerut. Tidak mengerti dengan ucapan Teagan.
"Ngapain lo?"
Perhatian Sybil maupun Teagan pun sama-sama tertuju pada Reo, yang tanpa sengaja melihat Sybil dan Teagan di depan kelas Sybil. Tanpa ragu, Reo segera menghampiri dan bertanya maksud kedatangan Teagan.
Seperti biasa, Teagan langsung tersenyum lebar menyambut kemunculan Reo. "Hai!"
Reo berdecak tidak suka. Sekali lagi ia bertanya pada Teagan maksud kedatangannya, "Ngapain lo nyamperin Sybil? Ada perlu apa?"
"Posesif banget. Emang kalian udah official pacaran?" Teagan menatap Sybil dan Reo secara bergantian.
Sybil segera memutar kedua bola matanya.
Sementara Reo langsung berdehem tidak nyaman dengan reaksi Sybil. Masalahnya ada Teagan juga yang melihatnya. "Jangan gangguin Sybil."
"Lo tau kemana Tenggara pergi?" sama sekali Teagan tidak mendengarkan perkataan Reo barusan. Ia malah seenaknya bertanya pada Reo.
Reo pun langsung diam sambil mengerutkan kening.
"Lo temennya dia kan?" lanjut Teagan.
"Gue nggak tau. Emang kenapa?"
Lagi-lagi Teagan menunjukkan wajah sedikit kecewa. "Kalian keliatan kompak. Sama-sama ngecewain gue. Apa ini sebuah pertanda kalo lo yang bakal menang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
she
Teen Fiction(COMPLETE) Alih-alih "move on", Tenggara malah bertemu dengan seorang gadis yang sama persis dengan dia. Begitu mirip, sampai Tenggara nyaris tidak bisa membedakan dia dengan dia yang pernah hidup di masa lalunya.