A M A I A
─── ・ 。゚☆: *. 🌹 .* :☆゚. ───Aku baru selesai mandi saat melihat nenek tertidur di depan tv, perlahan aku mematikan tv dan duduk di sisi wanita yang sudah mengurusku sejak remaja.
"Nek, ayo pindah. Punggungmu bisa sakit jika tidur di sofa."
Nenek Aida membuka matanya lalu menghela nafas. Aku membantunya berdiri dan memapah tubuh montok berisinya sampai ke kamar tidur, tubuh yang secara genetis menurun padaku. Setelah menyamankan Nenek Aida ke dalam selimut, aku pun keluar kamar.
Rasanya kami butuh seseorang untuk menjaga Nenek Aida. Raoul sering pulang larut dan jika tidak ada aku, nenek pasti sendirian di rumah. Aku semakin khawatir meninggalkannya sendirian.
Aku mematikan lampu ruang tengah, dan memanfaatkan cahaya dari luar rumah untuk menerangi apartemen kami, lalu hendak melangkah menuju sofa.
Dug!
"Aww!" desisku cepat lalu melompat-lompat pelan sambil mengelus jari kelingking kananku yang terantuk kardus.
"Dios mio..." Aku meremas jari kelingkingku dan menghela nafas berulang kali, rasa pedihnya masih terasa meski aku mengelusnya.
Aku menatap kardus besar yang menjadi biang keladi rasa sakit di ujung jariku, kardus yang tadi pagi dibawa Mateo kesini. Sebenarnya ini bukan barang-barangku yang harusnya dibawa naik ke apartemen, tapi ini barang milik Hugo yang ingin kukembalikan.
Saat Mateo menyapaku, sebenarnya aku tengah memikirkan kembali keputusanku untuk mengembalikan semua barang Hugo. Aku merasa butuh mengobrol dulu dengan Hugo sebelum mengembalikan barangnya dan benar-benar menutup cerita kami.
Masalahnya, kepala dan hatiku terus berdebat mengenai perlu atau tidak aku mengobrol dengan Hugo. Di satu sisi, aku merasa kami tidak menutup cerita kami dengan baik. Tapi di sisi lain, aku merasa usahaku itu akan sia-sia karena hubungan kami sudah selesai.
Lalu Mateo datang membawa senyum manisnya dan menyapaku, dan puff... aku lupa dengan semua perdebatan antara kepala dan hatiku soal Hugo.
Klik.
Terdengar suara pintu terbuka dan Raoul masuk sambil membuka jaket puffernya, ia menguap lebar sambil mengeluarkan suara besar.
"Ahh aku lelah sekali."
"Psst, Abuelita baru tidur." Aku berhenti mengusap kelingkingku dan menyalakan lampu meja.
"Kenapa kau belum tidur?" Raoul menyandarkan jaketnya di senderan kursi sebelum menghempaskan tubuhnya ke sofa di sisiku.
"Aku harus menyusun laporan penjualan kue."
Aku membuka program di halaman depan laptop dan memasukkan kode yang hanya bisa digunakan olehku dan partner bisnisku, Sara. Tak lama, muncul barisan angka dengan warna hijau, hitam dan merah. Aku langsung mengurutkan angka berdasarkan nama makanan dan mencatat kue yang menjadi pembelian banyak beberapa hari ini.
"Hugo mengirimkan pesan padaku siang ini."
Seketika jemariku berhenti bergerak di atas touchpad. Nafasku tercekat, entah mengapa ada rasa pedih yang tiba-tiba muncul di dalam dadaku.
"Benarkah?"
Hanya itu yang keluar dari mulutku, aku berusaha keras menahan nada suaraku agar tetap stabil.
"Ya, ia menanyakan kabarku, abuela dan kau."
"Oh begitu." Ujarku pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
back to you
Roman d'amourKamu bisa saja jatuh cinta berulang kali, namun cinta pertama selalu mendapat tempat di hati. Benarkah? ataukah cinta pertama hanyalah sedikit kebodohan dan banyak rasa ingin tahu? ✧༺🌹༻✧ Setelah putus d...