✧༺🌹༻✧
"Kau mau?" Ujar Paulina pada Amaia, mengulurkan sebuah botol air minum yang langsung ditolak Amaia.
"Aku gugup sekali dan itu membuatku bolak-balik ke toilet sejak tadi. Meminum itu hanya akan menambah beban pada kantung kemihku."
Paulina terkekeh dan meneguk air minumnya.
Mata Amaia kembali menatap ke lapangan dan bola berwarna putih dengan corak abu-abu itu hanya bergelinding bolak-balik di area lawan dan area tim kandang.
Saat ini Sevilla memimpin Napoli dengan skor 2-1, tapi skor itu tidak cukup membuat Amaia tenang karena Sevilla kalah di Naples dengan skor yang sama, sementara itu babak tambahan waktu sudah hampir habis. Itu artinya, jika tak satupun dari kedua tim menambah gol, maka pemenang dari semifinal harus ditentukan lewat adu pinalti, dan Amaia tak pernah suka pertandingan yang diselesaikan dengan adu pinalti.
Menurutnya itu tidak adil. Meski itu cara yang tepat untuk menentukan pemenang, tapi bukan cara yang adil.
Sayup-sayup, Amaia masih bisa mendengar para fans terus menyanyikan lagu untuk tim yang mereka cintai. Amaia menatap ke sekeliling, ia duduk di sisi utama stadion, bersama dengan keluarga dan staff penting Sevilla, tapi hanya sedikit yang sungguh menikmati pertandingannya. Para pria berjas hitam sibuk membahas sesuatu yang tampaknya lebih menarik dari pertandingan hidup dan mati Sevilla malam ini. Para wanitanya hanya sesekali bersorak untuk tim yang mereka cinta, sisanya dihabiskan sambil menatap ponsel dan mengambil foto selfie.
Apa tidak ada yang sama gugupnya seperti aku disini?
Ruang VIP ini memang nyaman, dengan kursi sofa empuk dan pendingin ruangan. Tapi tak satupun disini bernyanyi untuk tim yang sedang bermain di bawah, mereka hanya bersorak sekali-dua kali saat salah satu pemain berhasil mendekati gawang lawan.
Jika bisa memilih, Amaia lebih suka menonton di luar, bersama fans yang lain, berteriak sepanjang 90 menit atau lebih. Meskipun kursinya tidak nyaman, udaranya bercampur dengan keringat dan ada kemungkinan ia tersenggol penonton lain, tapi setidaknya ia bersama orang-orang yang sungguh menikmati pertandingannya.
Matanya kini beralih ke jam digital besar, waktu tambahan sudah lewat dari seharusnya. Hanya tinggal menunggu saja hingga wasit meniup peluit panjang dan menyelesaikan pertandingan.
Pelatih Jose Luis tampak berdiri dari tempatnya duduk, didampingi asisten pelatih Manolo. Salah satu dari keduanya memegang sebuah tablet, kedua jemari mereka menunjuk ke arah tablets, lalu mengangguk. Keduanya tampak pasrah dengan akhir dari pertandingan ini. Keduanya tau anak didik mereka sudah melakukan yang terbaik.
Lalu peluit panjang ditiupkan. Perlahan, para pemain kembali ke sisi tim mereka masing-masing. Asisten pelatih tampak mengatakan sesuatu pada pemain yang berkumpul, sementara pelatih mendekati kiper dan berbicara dengan serius.
Jantung Amaia berdegup makin cepat, ada rasa gelisah yang tak tertahankan. Ingin rasanya ia keluar dari stadion dan pulang, lalu menunggu hasil akhir dari pertandingan ini di berita. Tapi sebagian dari dirinya juga ingin berada disana, merayakan apapun hasil dari pertandingan malam ini bersama Hugo.
"Oh, ya ampun aku harus berjalan-jalan." Ujar Amaia saat tak lagi dapat membendung kegugupannya.
Paulina tertawa kecil menatap temannya yang begitu gelisah.

KAMU SEDANG MEMBACA
back to you
RomanceKamu bisa saja jatuh cinta berulang kali, namun cinta pertama selalu mendapat tempat di hati. Benarkah? ataukah cinta pertama hanyalah sedikit kebodohan dan banyak rasa ingin tahu? ✧༺🌹༻✧ Setelah putus d...