Prolog

621 50 27
                                    

─── ・ 。゚☆: *. 🌹 .* :☆゚. ───

Amaia memandangi pastry chef yang tengah menyusun choux kecil menjadi sebuah segitiga kerucut tinggi, mata birunya dengan awas memandangi setiap gerakan juniornya dalam menyusun croquembouche.

"Good." Ujar Amaia cepat, "Now the tricky part."

Lelaki muda itu menarik nafas panjang dan tersenyum. Dalam satu gerakan cepat, ia mengangkat garpu dari dalam panci berisi gula cair dan menggoyangkannya ke kanan dan kiri di atas kertas kue, tetesan gula yang turun dari garpu membentuk rambut halus panjang yang makin lama makin menumpuk.

Tampak puas dengan yang ia lihat, Amaia pun mengalihkan dirinya dengan membuat tulisan dari coklat cair. Jemari lentiknya begitu luwes membuat tulisan sambung yang kemudian dihias dengan bubuk emas.

Saat tengah mengawasi juniornya menyusun gula-gula yang menyerupai helaian rambut di kue sus, Amaia dikagetkan oleh suara teriakkan di dalam toko. Cepat-cepat Amaia melempar lap di tangannya dan menuju dinding kaca yang menunjukkan situasi di luar dapur.

Ia melihat kerumunan di dalam tokonya, dan kerumunan itu tidak berpusat pada kue-kuenya yang cantik, melainkan pada seorang pria yang tinggi menjulang di tengah ruangan.

Tubuh pria itu dibalut kemeja biru yang tak dapat menutupi garis ototnya, celana jins yang dikenakannya menggantung sempurna di pinggang rampingnya dan jatuh tepat di mata kakinya, dan seakan kesempurnaan itu tidak cukup, lelaki itu juga memiliki senyum menawan dengan mata hijau yang menyala meski di dalam ruangan. Saat mata mereka bertemu, lelaki itu tersenyum lebar.

Itu Hugo, tunangan Amaia. Lelaki itu mungkin bukan artis, tapi ia pahlawan bagi Kota dimana mereka tinggal. Tahun lalu, Hugo berhasil melesakkan satu-satunya Gol melawan Tim Raksasa dari Liga Inggris dan membawa klub kota yang ia bela menjadi juara Eropa.

Amaia ikut tersenyum saat melihat senyum lelakinya. Butuh waktu bertahun-tahun bagi Amaia untuk akhirnya bisa merasakan getar yang datang dari senyum itu.

Amaia dengan cepat melepas jaket chefnya dan bercermin. Ia melepas jepit rambutnya dan merapihkan rambut pirangnya yang bergelombang besar dari jepit rambut, setelah memberikan warna pada bibir dan pipi bulatnya, ia pun akhirnya keluar dari dapur.

Hugo tampak sibuk meladeni permintaan foto dari para penggemar, tapi matanya langsung bisa menemukan Amaia yang mendekat.

"Ma choupinet." ujarnya lembut sambil menunduk dan mencium bibir Amaia. Hugo ingin menciumnya lebih lama tapi Amaia langsung menarik bibirnya. Hugo tau, gadisnya tak suka memamerkan kemesraan di tempat umum.

Setelah berpamitan pada fans yang kecewa karena tak sempat berfoto bersama, Hugo dan Amaia berjalan keluar dari Toko. Dan ternyata di luar toko pun fans Hugo sudah menunggunya, mereka sampai harus diberikan jalan oleh petugas keamanan Toko. Amaia menunduk, bersembunyi di balik helaian rambut pirang emasnya sambil memaksakan senyum. Sementara Hugo, tersenyum santai sampai keduanya menaiki mobil.

Amaia menatap Hugo yang berjalan dari sisinya menuju pintu mobil pengemudi, tampak bertukar canda singkat dengan wartawan dan fans yang mengelilinginya.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Hugo saat memasuki mobil. Ia tau Amaia kurang merasa nyaman jika dikelilingi paparazzi.

Amaia menjawab dengan anggukan pelan, Hugo langsung membawa mobilnya pergi dari sana.

"Kau tampak lelah." Sebelah tangan Hugo berpindah dari tongkat persnelling menuju paha wanitanya. "Siap berpesta malam ini?" Tanya Hugo dengan senyum lebar.

Ah ya, pestanya. Pikir Amaia cepat, ia lupa.

"Akan sangat seru karena Alexis menyewa DJ dari Amerika. Kau akan kaget jika aku menyebutkan namanya." Ujar Hugo antusias. Ia sudah menunggu lama, akhirnya ia bisa mengajak Amaia untuk ikut berpesta dengan teman-trman satu klubnya.

back to youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang