- 7 -

180 18 5
                                    

M A T E O
─── ・ 。゚☆: *. 🌹 .* :☆゚. ───

Aku bangun dengan bersemangat hari ini, meminum segelas air, lalu langsung keluar rumah untuk berlari.

Semenjak berhenti bermain sepak bola beberapa tahun lalu, lari adalah hal terdekat dengan sepak bola yang bisa aku lakukan.

Aku cinta sepak bola, aku salah satu orang yang orang-orang sebut sebagai berbakat. Aku bisa menggiring bola dengan cepat, memindahkannya dari satu kaki ke kaki lain, aku bahkan bisa menerima berbagai jenis umpan. Sayangnya, untuk bisa bermain di level profesional, berbakat saja tak cukup. Ada ratusan anak lain yang juga berbakat sepertiku, aku harus menemukan spesialisasiku, dan aku gagal disitu. Butuh latihan berjam-jam untuk menyempurnakan gerakanku karena aku juga harus bekerja paruh waktu. Selain itu, menjadi pemain profesional tidak hanya butuh bakat, mereka butuh banyak penunjang lain, dan aku tak memiliki uang atau waktu untuk itu.

Hari ini aku hanya akan berlari berkeiling area apartemen, tak perlu jauh-jauh karena nanti siang kami akan berkeiling kota. Setelah berlari pelan, aku melanjutkan dengan berlari cepat mengeliling kompleks apartemen. Saat memutari kembali halaman depan, aku melihat Amaia berjalan keluar. Ia mengikat rambut pirangnya tinggi, mengenakan legging gelap dan sweater besar sepanjang pinggul, menutupi lekuk tubuh jam pasirnya yang seksi.

Ahh, sayang sekali.

"Amaia!" Teriakku. Amaia membalasku dengan lambaian tangan. "Kau mau kemana?" Tanyaku saat langkahku mendekat padanya.

"Berjalan-jalan, mungkin sedikit berlari."

Sungguh kebetulan yang luar biasa, "Oh, kalau begitu ayo lari bersama. Sudah pemanasan?"

Amaia mengangguk, "Dirumah. Tapi aku mungkin tak akan berlari dan hanya berjalan santai." ujarnya cepat.

"Okay, ayo berkompromi kalau begitu." Amaia melemparkan tatapan bingung, "Ayo berjalan cepat." ujarku langsung. "Kita tidak berlari tapi juga tidak berjalan santai."

Amaia mengangguk cepat, "Okay." Ia langsung mempercepat langkahnya dan aku mengikutinya.

"Jadi seberapa sering kau berolahraga?"

Amaia tertawa pendek, "Tidak terlalu sering sebenarnya, aku cukup sibuk bekerja dan hanya berolahraga beberapa kali dalam seminggu." Ia menarik nafas sebelum mulai berbicara lagi, "Tapi sekarang aku ingin lebih rutin berolahraga lagi, aku sedang dalam proses untuk lebih menyayangi diriku sendiri."

"Oh, aku bisa melakukan itu."

"Hah?" Tanya Amaia cepat, wajah bingungnya sangat lucu.

"Menyayangi dirimu. Itu mudah."

Amaia diam sejenak, mata birunya yang semula menatap lurus kedepan kini terbelalak ke arahku. Amai baru menyadari maksud kalimatku, "Mateo!" Ujarnya menyenandungkan namaku.

"Apa? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Manyayangimu itu mudah." Jawabku sambil tertawa.

Amaia melirik lagi ke arahku, "Kau membuatku malu." Ujarnya pelan, diikuti engahan pelan karena kami mulai berjalan cukup jauh dan cepat. "Aku akan kabur darimu." Ujarnya sambil berlari cepat meninggalkanku.

"Hei, Amaia!" Aku langsung mengejarnya dan saat sudah berada di sampingnya aku memutar tubuhku dan berlari mundur sambil memandanginya, kembali menggodanya. Ia lalu mendorongku dan berlari lebih cepat, tentu saja aku dengan mudah mengejarnya.

back to youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang