- 39 -

138 17 30
                                    

✧༺🌹༻✧

Amaia berdiri di depan cermin sambil meratakan krim malam di wajahnya, langkah terakhir dari perawatan wajahnya malam itu. Gerakan tangannya begitu perlahan, bukan karena ia ingin menikmati betapa kenyal wajahnya, tapi karena isi kepalanya begitu penuh oleh banyak kemungkinan yang akan terjadi di atas ranjang bersama Hugo malam ini.

Rasanya seperti kembali ke masa lalu.

Amaia bisa merasakan jantungnya berdegup cepat karena membendung berbagai perasaan yang berkecamuk di hatinya. Senang, bersemangat, gugup juga rasa tak sabar. Persis seperti saat Amaia pertama kali meminta izin untuk bermalam bersama Hugo disini dan menolak ajakan Hugo yang akan mengantarnya pulang.

Amaia masih ingat ekspresi maget Hugo saat itu, atau suasana yang mendadak canggung. Amaia sampai harus bertanya berulang kali apa Hugo keberatan atau tidak dengan pilihan Amaia. Yang tentu saja dijawab dengan tidak keberatan sama sekali karena Hugo juga sudah menantikan itu. Ia hanya kaget momennya akan datang malam itu.

Lalu keduanya tidur bersama sambil berpegangan tangan setelah Hugo mendaratkan ciuman di kening dan mengucapkan selama tidur padanya.

Amaia merasakan tubuhnya bergidik hanya dengan kembali mengingat itu, seakan bisa merasakan sentuhan Hugo di keningnya.

Tiba-tiba pintu terbuka dan membuat Amaia yang sedang melamun sedikit kaget, ia dengan cepat berdiri tegap.

"Sudah siap tidur?" Tanya Hugo yang berdiri sambil memegang daun pintu, senyum tenang merekah di bibir tipis lelaki itu. Tak terlihat gugup sama sekali.

Amaia membalas dengan anggukan dan berjalan melewati lelaki itu. Meninggalkan aroma manis dan lembut di udara yang membuai Hugo. Tak lama lampu utama kamar mati, selisih satu detik dengan Amaia yang baru saja mematikan lampu tidur. Kebiasaan lama yang keduanya sering lakukan saat masih tinggal bersama.

Lalu Hugo menarik selimut di sisi kanan, sementara Amaia di sisi kiri. Hugo melepas kaus yang ia kenakan, sementara Amaia melepaskan kimono satinnya. Secara bersamaan, keduanya menaiki kasur dan masuk ke dalam selimut, lalu keduanya diam dalam jeda yang lama. Tak satupun menoleh atau melirik. Hanya terdengar helaan nafas Amaia sebelum ia memanggil nama Hugo.

"Y-ya?" Jawab Hugo dengan suara kaku, tatapannya lurus ke arah langit-langit kamarnya yang berwarna putih polos.

"Ada yang ingin aku bicarakan." Ujar Amaia pelan.

Dalam diam Hugo menelan gumpalan saliva, berharap kegugupannya akan menghilang bersama para saliva itu dan hancur terrendam asam klorida di dalam lambungnya. Tapi nyatanya tidak.

"Uhum?"

"Lusa kau berulang tahun-"

"Ya Tuhan." Desis Hugo menarik nafas panjang yang sejak tadi ia tahan.

"Ada apa?" Amaia langsung bangkit ke posisi duduk dan menatap Hugo yang menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Hugo hanya menggelengkan kepalanya dan menunjukkan senyum. Nada bicara Amaia begitu serius hingga membuat Hugo berpikir macam-macam.

"Ada apa dengan ulang tahunku?"

"Ada rencana untuk ulang tahunmu tahun ini?" Amaia kembali menidurkan kepalanya di bangal bulu angsa, sementara Hugo memutar tubuhnya hingga menghadap Amaia.

back to youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang