- 4 -

211 21 19
                                    

A M A I A
─── ・ 。゚☆: *. 🌹 .* :☆゚. ───

Aku mendengar suara siulan dari teko saat tengah meratakan pelembab pada wajahku, cepat-cepat aku ke dapur dan mematikan kompor. Lalu menuangkan air panas ke dua gelas milikku dan Raoul. Setelah mengaduknya dengan cepat, aku kembali ke kamarku untuk berganti pakaian.

Hari ini aku aku mengenakan high-waisted jeans yang tidak hanya terlihat cocok di jenis tubuhku, tapi juga nyaman memeluk pinggulku yang lebar.

Ahh, I love good quality jeans. Ada kepuasan tersendiri saat sebuah cuelana bisa pas di pinggulku yang besar tapi juga bisa memeluk pinggangku yang ukurannya tidak proporsional dengan pinggulku.

Aku memadukan jins dengan blus berbahan satin yang bagian ujungnya aku masukkan ke bagian dalam celana jinsku, ingin memamerkan lekukan jam pasirku.

Aku tau, tubuhku mungkin idaman bagi beberapa orang, dengan bagian pinggul lebar dan pinggang yang kecil. Jika berat badanku proporsional mungkin aku akan terlihat luar biasa seperti Kelly Gale. Tapi tidak, dengan tinggi 165cm dan berat badan 68kg, jelas sekali tubuhku tidak proporsional. Aku terjebak dalam ukuran yang tidak bisa dibilang besar, tapi juga tidak kecil.

"Mau makan dulu?" Tanya Abuela Aida.

Aku duduk di kursi makan kayu kecil dan menggeleng, "Tidak nenek, aku dan Sara akan sarapan bersama." Ujarku berbohong.

Sejujurnya, selama enam bulan terakhir ini aku melakukan intermitten fasting. Setiap pagi aku hanya sarapan dengan kopi atau jus yang tawar. Jika pun ingin menambah pemanis, harus dengan pemanis alami.

Aku pernah beberapa kali mencoba diet dengan memotong habis asupan gulaku, tapi selalu tebentur pekerjaanku yang sering berhubungan dengan gula. Lalu Hugo menyarankanku untuk melakukan intermittent fasting ditambah olahraga ringan, selama enam bulan ini aku sudah membuang enam kilo dari bobot tubuhku. Bisa lebih banyak dari itu sebenarnya, tapi aku selalu terbuai dengan kalimat Hugo. Tiap kali aku mengeluhkan soal bobot tubuhku, Hugo akan langsung menghujaniku dengan pelukan dan ciuman sambil mengatakan bahwa tak ada masalah dengan tubuhku. Ia lalu menutup kalimatnya dengan kecupan ringan di bagian tubuhku yang ia suka, yang mana juga area sensitifku, dan pujian hangat itu selalu berubah menjadi seks yang panas.

Semalam, sebelum tidur, aku teringat ucapan Mateo soal pipi bulatku. Sebelum Mateo mengatakan itu, Hugo pernah mengatakan hal serupa. Awalnya kupikir Hugo mengatakan itu hanya untuk membuatku senang, karena kami berpacaran dan Hugo memiliki tubuh yang terpahat sempurna, jadi ia ingin menjaga perasaanku dengan mengatakan ia menyukai pipiku. Tapi setelah mendengar Mateo mengatakannya juga, aku kini mulai mempercayai semua kalimat yang orang-orang ucapkan mengenai tubuhku.

"Raoul, bisa antar aku dulu sebelum kerja? Aku harus bertemu Sara."

"Yeah tentu."

Setelah menuangkan kopi pagiku ke tumblr, aku pun pamit pada Abuela dan langsung pergi menggunakan mobil Raoul.

"Apa ada masalah sampai Sara menyusulmu kesini?"

Aku tersenyum, "Sebenarnya, ia datang karena kami sedang mengatur beberapa hal." Aku diam sejenak dan menatap Raoul, "Adik kecilmu akan membuka cabang dari toko kuenya yang pertama."

"Whuo, serius? Kenapa kau tidak bilang?"

"Aku ingin, tapi aku khawatir jika Abuela akan terus bertanya, jadi aku menyimpannya sendiri dulu."

Raoul mengulurkan tangannya ke samping dan memelukku, "Me da mucho gusto por ti, selamat Amaia."

"Terima kasih." Ucapku pelan.

back to youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang