- 20 -

190 19 17
                                    

A M A I A
─── ・ 。゚☆: *. 🌹 .* :☆゚. ───

Aku berusaha tenang meski rasanya ada ribuan penabuh gendang yang membuat jantungku berdegup cepat. Aku sungguh bisa merasakan dadaku berdenyut meski tak menempelkan jari diatas dadaku.

Dan semua ini karena ulah Hugo.

Biang keladi dari semua kegugupanku ini malah dengan santainya menyanyikan lagu band Amerika yang disetel di pemutar musik mobil.

Serius Hugo, kau mau apa sebenarnya? Kau ingin kita kembali bersama?

Oh Amaia, berani-beraninya kau berpikir begitu setelah menyia-nyiakan cinta kasih yang telah ia berikan selama 2 tahun ke belakang.

Untuk pembelaanku, aku tidak menyia-nyiakannya. Aku hanya memiliki kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan yang ia miliki.

"Oh, tunggu. Kita juga harus membeli hadiah untuk anaknya Antoine"

"Oh, ya ampun aku lupa."

"Kira-kira hadiah apa yang cocok untuk anak Antoine."

Aku menggumam lama, "Baju mungkin, atau mainan."

"Okay, ayo beli keduanya."

Aku tertawa, tak bisa membayangkan pemborosan seperti apa jika yang berulangtahun adalah anaknya sendiri.

"Bagaimana jika ke Nervion Plaza? Kita bisa sekalian makan disana." Ujarku, menyebutkan pusat pembelanjaan dengan variasi tempat makan yang cukup banyak.

Hugo melirik padaku sejenak, "Kau yakin?" Hugo membuka kaca mata hitamnya.

"Yeah, kenapa? Kau sedang tidak ingin kesana?" Aku menoleh ke arahnya.

"Tidak, hanya saja... Kau tau, dulu kau sulit sekali diajak pergi ke pusat pembelanjaan."

Aku tersenyum kecil, "Aku serius kan saat mengatakan akan berubah."

Hugo mengangguk dan tersenyum. Aku tak dapat menatap ke dalam mata hijaunya karena mata itu kini ditutupi kaca mata hitam.

"Hei, sudah meminta pelatih pribadimu untuk menyiapkan latihan untukku?"

"Yeah, dan ia menyuruhmu untuk ikut latihan bersama denganku. Gratis!"

"Serius? Apa tidak apa-apa?"

"Ya, jika pun harus ia memintaku untuk membayar, kau tidak perlu tau."

"Hugo..."

"Psst... Anggap saja itu bentuk dukunganku agar kau lebih mencintai dirimu sendiri."

"Gracias." Ujarku pelan, tak dapat menahan senyumku, "Kapan aku bisa latihan dengannya?"

"Sore ini aku ada latihan. Ada waktu?"

"Ya, tapi apa sempat?"

"Hanya membeli baju dan mainan kan?"

"Kau harus istirahat Hugo, matamu masih terlihat sendu."

back to youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang