- 50 -

219 17 16
                                    

✧༺🌹༻✧

Sesampainya di Bandar Udara Sevilla, Amaia langsung disambut cuacanya yang agak lembab, angin bertiup pelan dan ia langsung berpisah dengan Sara. Sekarang pukul 7 malam, jadi Hugo seharusnya ada di apartemen, kesana lah Amaia akan menuju.

Amaia menaiki taksi sambil menenteng tas tangannya dan sebuah duffel bag, berisi pakaian lama yang ternyata bisa kembali muat di tubuhnya. Di lobby apartemen, Amaia langsung disambut Diallo yang tersenyum di sisi pintu, bersiap membantunya keluar.

"Nona Amaia, selamat datang." Ujar Diallo sambil membuka pintu taksi. "Mari aku bantu." Ia mengulurkan tangan, hendak mengambilalih tas besar Amaia.

"Halo Diallo, aku bawa saja sendiri ke atas." Balas Amaia sambil tersenyum.

"Baiklah, bagaimana Santutxu?" Tanyanya ramah.

"Berangin seperti biasa." Amaia dan Diallo tertawa.

"Hugo baru saja pergi, aku pikir ia akan menjemputku."

Amaia mengerjapkan matanya kaget, lalu dengan cepat tersenyum, otak kirinya langsung menyusun kalimat, "Ia harus pergi ke suatu tempat, aku berniat menyusulnya. Sampai nanti Diallo."

"Tentu." Diallo tersenyum lebar dan membukakan pintu kaca lobby untuk Amaia.

Amaia menenteng tas duffelnya dan langsung menuju tangga, menaikinya dengan cepat. Di lantai ketiga nafasnya mulai memburu, tapi ia terus berlari hingga tiba di lantai 6. Ia menuju satu-satunya pintu disana dan membuka pintunya dengan kunci yang ia miliki.

Keadaan rumah cukup rapih, meski jaket, sepatu dan tas ransel Hugo menumpuk di sofa depan tv. Amaia meletakkan tasnya di lantai dan langsung duduk di sofa. Ia membuka ponselnya dan mengecek kolom pesan Hugo, terakhir mereka berkomunikasi sore ini sebelum pesawat yang Amaia naiki lepas landas, Amaia tidak bilang akan terbang ke Sevilla dan Hugo bilang ia akan latihan di gym rumah.

Amaia sengaja tidak mengabari Hugo, ia ingin memberikan kejutan. Tapi ternyata Hugo tak ada dirumah, jadi sekarang Amaia harus menyusun rencana lagi.

Haruskah ia dirumah saja? Menyiapkan makan malam untuk menyambut Hugo? Tapi bagaimana jika Hugo keluar untuk makan malam?

Atau apa sebaiknya ia mencaritau keberadaan Hugo saja? Haruskah ia menghubungi salah satu teman Hugo? Ah ya, ia bisa menghubungi Paulina dan bertanya apa sedang bersama Hugo?

Tapi tiba-tiba, seakan Tuhan sedang membantunya, ipad Hugo berdenting di meja. Amaia melirik layarnya dan ada notifikasi dari Instagramnya. Amaia dengan cepat menegakkan tubuhnya dan menyentuh notifikasinya, itu membawanya ke pesan pribadi dari Davide Soria, teman satu klub Hugo. Di dalam pesan pribadi itu Davide menandai Hugo dalam sebuah foto bersama. Ada 4 pria dan 3 wanita disana, dan dari 3 wanita disana Amaia mengenal salah satunya. Bukan mengenal dalam artian khusus, Amaia hanya pernah melihat wajah gadis itu di sebuah iklan televisi, lalu Hugo bercerita ia pernah makan malam berdua dengan gadis itu.

Ada rasa sesak di dadanya saat mendengar Hugo menceritakan soal makan malam itu, rasa sesak yang sama yang juga ia rasakan sekarang saat melihat foto itu. Bedanya, saat itu Amaia belum tau alasan yang membuatnya kesulitan mengatur nafas.

Amaia meletakkan kembali ipad Hugo di meja dan menatap langit-langit ruang tengah apartemen Hugo. Merasakan jantungnya berdegup cepat dan kepalanya berdenyut.

"Itu hanya makan malam dan Hugo tidak makan malam berdua saja." Amaia bangkit dari duduknya dan berjalan ke kamar Hugo, langsung menuju cermin seukuran tubuh Hugo di dekat jendela, "Hapus pikiran buruk itu dari dalam kepalamu Amaia!" Ujarnya sambil menatap pantulan dirinya di cermin, "London mungkin akan lebih liar dari ini." Amaia menarik nafas dan berjalan cepat ke kamar mandi.

back to youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang