- 3 -

237 31 13
                                    

M A T E O
─── ・ 。゚☆: *. 🌹 .* :☆゚. ───

Aku meregangkan tubuhku dan menatap pemandangan Matahari yang sudah tenggelam di luar ruang kerja. Seharian ini aku sungguh sibuk mengumpulkan data untuk pertemuan penting di hari Senin pekan depan. Dan karena aku ada kencan dengan Amaia akhir pekan nanti, aku harus menyelesaikan semuanya sekarang, aku tak mau ada panggilan mendadak yang mengharuskanku datang ke tempat kerja dan melewatkan kencanku.

Aku bekerja sebagai staff accounting untuk sebuah jaringan hotel internasional yang membuka cabang di Bilbao, meski masih menjadi staff junior, pekerjaanku cukup sibuk karena kami tidak memiliki banyak staff accounting. Di pertengahan bulan, pekerjaan kami tidak terlalu banyak, aku bahkan sampai bisa bersantai di lounge atau pulang cepat untuk menggunakan fasilitas gym hotel. Tapi di akhir atau awal bulan aku bisa sangat sibuk sampai melewatkan makan siang dan menggabungnya langsung ke makan malam.

Aku membuka ponselku dan melihat ada pesan masuk dari Amaia yang belum aku buka.

Tadi pagi, sebelum berangkat kerja aku bertemu Amaia dan temannya di halaman apartemen, dan langsung meminta nomor ponselnya. Aku bersumpah aku bisa mendengar suara jantungku sendiri karena berdegup sangat cepat. Aku merasa seperti remaja berumur 15 tahun. Aku belum mengirim pesan balasan pada Amaia, bukan karena apa-apa. Masalahnya aku khawatir jika aku mendengar suara dentingan ponselku atau melihat nama Amaia di layar ponselku, aku tak akan bisa fokus bekerja, jadi aku baru akan mengirim pesan balasan pada Amaia sekarang, saat pekerjaanku tinggal sedikit lagi.

Mateo Llorente
Hola Amaia, maaf sekali aku telat membas, agak sibuk seharian ini. Bagaimana harimu?

Aku meletakkan kembali ponselku dan melirik jam tangan, tak ada tanda-tanda Amaia akan langsung membalas, jadi aku menyingkirkan ponselku sejenak dan kembali ke pekerjaanku.

Sekitar pukul setengah 8 malam, aku keluar dari gedung hotel dan menuju halte bis. Aku menyapa beberapa rekan kerja yang pulang dengan mobil pribadi, sambil mencoba membayangkan kapan aku bisa memiliki mobil pribadiku sendiri.

Membeli mobil dulu atau apartemen dulu ya?

Dua hal itu adalah dua hal yang sangat aku inginkan, tapi kini pilihan dalam mewujudkan itu bukan lagi soal mana keinginan dan mana kebutuhan. Tapi mana yang harus lebih dulu aku miliki jika aku ingin berrumahtangga, setidaknya jika semua berjalan lancar dengan Amaia aku bisa langsung menikahi gadis itu karena aku sudah memiliki salah satu dari kebutuhan primer.

Tak lama ada getar di dalam kantung jaketku.

Amaia Urrutia.
Ugh, sama! Hariku juga agak padat hari ini.
Kau sudah dirumah?

Aku tak dapat menahan diri dan langsung mengetik balasan.

Mateo Llorente.
Belum. Kau?

Aku sungguh tak percaya sedang berkirim pesan dengan Amaia, Dan kini senyum konyolku tak bisa berhenti mengembang.

Tak lama bis tujuanku datang, aku menaikinya bersama beberapa penumpang lain dan duduk di belakang. Tepat saat aku duduk, ponselku kembali bergetar.

Amaia Urrutia.
Belum, aku juga masih di bis.

Aku dengan cepat mengetik balasan, jemariku tak lagi dapat dikendalikan.

Mateo Llorente.
Aku baru naik bis sekarang.
Kau sudah makan malam?

Amaia Urrutia
Belum. Aku sibuk membicarakan soal toko dengan temanku yang kau temui tadi pagi.

back to youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang