- 12 -

144 18 13
                                    

A M A I A
─── ・ 。゚☆: *. 🌹 .* :☆゚. ───

Aku melangkah keluar dari lift dengan tatapan kosong dan berjalan seperti robot menuju kamar Sara. Otakku menolak percaya pengalaman yang baru saja aku lewati bersama Mateo di Lift, tapi sebaliknya dengan tubuhku, kedua kakiku terasa seperti jelly oleh rasa kaget dan rangsangan yang Mateo tinggalkan.

Aku berhenti di depan kamar hotel Sara dan dengan tak sabar menekan tombol bel berkali-kali.

"Joder! apa-apaan kau ini." Omel Raoul yang muncul dan membukakan pintu untukku.

Aku mengerjapkan mataku cepat, baru tersadarkan dengan fakta bahwa kakakku menghabiskan malam bersama Sara, "Maaf, maaf. Abaikan saja aku." Aku berjalan melewatinya dan langsung menuju sofa.

Apakah tadi Mateo baru saja mengajakku berhubungan seks?

Aku tidak akan berbohong, aku cukup terangsang dengan ciuman kami tadi. Itu seksi dan sungguh panas. Tapi aku merasa tidak nyaman dengan caranya yang tiba-tiba menciumku lalu mengajak berhubungan seks.

Aku tak pernah membayangkan diriku berhubungan seks dengan Mateo, aku hanya gadis polos dengan pengalaman seksual yang minim saat menyukai Mateo. Mateo itu pria manis yang selalu memperlakukanku dengan lembut, jadi aku hanya pernah membayangkan ia melakukan sesuatu yang manis juga denganku. Seperti, makan malam romantis yang diakhiri dengan kecupan lembut yang lambat di depan pintu rumah. Selesai. Itu saja bayangan seksual yang pernah aku bayangkan dengannya.

Apa Mateo selalu semudah itu mengajak perempuan berhubungan seks?

"Kau baik-baik saja?" tanya Raoul dengan nada bicara biasa, tak lagi ada suara tinggi. Tapi aku bisa mendengar nada khawatir dalam suaranya.

"Ya, ya. Maaf membombardirmu dengan bel." Ujarku, kini dengan senyum.

Tak lama Sara muncul, tampak cantik dengan jins dan crop top hijau yang senada dengan kukunya. Ia tampak kaget saat melihatku di sofanya.

"O-okay, mau sarapan bersama?" Ajak kakakku.

"Umh, tidak perlu. Kalian nikmati saja sarapan kalian bersama." Aku bangkit dan memutar tubuh Sara dan Raoul ke pintu.

Keduanya mengerutkan kening sambil menatapku.

"Bye... Shoo, shoo." Ujarku yang langsung menutup pintu. Aku berjalan kembali ke sofa sambil menyentuh dadaku, degupnya mulai melambat dibanding saat bibir Mateo menyusuri leherku.

Aku berjalan ke meja kopi dan menyalakan air di penghangat elektrik, membuat teh untuk menenangkan diriku.

Tak lama ponselku berdering dan nama Mateo muncul.

Mateo Llorente
Maaf soal yang aku lakukan di lift tadi, bisa hubungi aku jika kau sudah sampai di Sevilla?

Aku meletakkan kembali ponselku di meja dan menuangkan air panas ke gelas, lalu mencelupkan kantung teh. Aku mengambil kembali ponselku dan mengetik balasan untuk Mateo.

Amaia Urrutia
Tentu, selamat bekerja.

Aku menyeruput tehku kembali sambil menatap keluar jendela. Seakan ponselku tak ingin membuatku tenang dan santai sedikit, ia sudah berbunyi lagi. Jika itu dari Mateo, aku tak akan membukanya.

back to youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang