- 37 -

160 18 24
                                    

✧༺🌹༻✧

Amaia terbangun oleh cahaya Matahari yang bersinar terang memasuki jendela, Ia langsung menutup wajahnya dengan selimut seakan cahaya itu akan membutakannya. Di dalam selimut, perlahan ia membuka matanya dan yang pertama dirasakan inderanya adalah aroma kuat yang ia kenali sebagai aroma shampoo Hugo, membuat Amaia ingin melesakkan hidung lebih dalam ke arah bantal berisi bulu angsa yang sangat empuk itu. Saat matanya mulai beradaptasi, dengan sangat perlahan ia membuka matanya dan keluar dari selimut. Ada rasa lega saat ia mengenali kamar tidur dimana ia terbangun pagi ini. Karena jika ada yang perlu ditakutkan sepulang dari kelab malam adalah terbangun di kamar orang asing yang ia tak kenal.

"Ughhh, kepalaku sakit sekali."

Semakin Amaia mengerutkan keningnya, semakin sakit juga kepalanya, dan rasa sakit itu menjalar hingga ke belakang kepalanya. Rasa sakit itu diperparah dengan suara juicer yang datang dari luar kamar. Ia sangat yakin juicernya tak pernah terdengar semenyebalkan ini, tapi pagi ini suaranya sungguh mengganggu. Amaia meregangkan kedua tangan dan lehernya hingga selimutnya turun dari tubuhnya. Saat itu lah ia tersadar ia tak mengenakan pakaian apapun.

Amaia cepat-cepat menarik kembali selimut dan menatap ke lantai, mencari pakaiannya. Tapi tak menemukannya di manapun.

"Oh, kau sudah bangun?" Hugo mendekat sambil memegang segelas minuman berwarna ungu muda yang mengingatkan Amaia pada permen kapas, "Minumlah..."

"Apa ini?"

"Obat untuk pengarmu." Ujar Hugo yang juga meneguk minuman yang sama.

Amaia mengendus aroma dari minuman itu dan hanya bisa mencium aroma jeruk, lalu mencicipi sedikit dan rasanya ternyata selezat warnanya. Ia lalu meneguk tiga kali sebelum berhenti untuk bernafas.

"Aku tidak ingat bagaimana aku bisa pulang tadi malam."

"Kita naik taksi."

"Lalu?"

Hugo meneguk habis isi gelasnya dan meletakkannya di lantai, "Aku menggendongmu sampai atas."

Amaia melotot cepat, "Sungguh?" Hugo mengangguk cepat, "Apa lututmu terasa nyeri? pinggangmu sakit?"

Hugo meledakkan tawa, "Kau tidak seberat itu dan aku jelas-jelas tidak selemah itu."

"Aku tidak meremehkanmu, aku hanya-"

"-Kau tidak seberat yang kau pikirkan."

Amaia menggosok matanya dan mascaranya langsung menempel di ujung jemarinya. "Ya ampun, aku tidak membersihkan diri semalam?"

Hugo mendenguskan tawa, "Kau bahkan tidak bisa berdiri tegak."

Amaia mengerjapkan matanya berkali-kali, "Astaga aku tidak ingat apapun." Kembali meneguk minuman yang diberikan Hugo.

"Sungguh?" Tanya Hugo cepat.

"Ya!"

"Apapun?"

"Iya!"

"Tidak ingat merasakan apapun juga?"

Amaia mengerutkan keningnya, "Apa maksudmu?"

back to youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang