✧༺🌹༻✧
Acara makan siang itu berjalan sesuai seperti yang Amaia harapkan, tak ada lagi atmosfir mencekam dan dingin seperti yang terjadi di apartemen Sara sebelumnya, yang ada hanya gelak tawa yang datang dari cerita nostalgia antara Raoul, Mateo dan Hugo. Dan sepanjang acara makan siang itu, Amaia tak henti-hentinya mencuri pandang ke arah Hugo hanya untuk memastikan lelaki itu sungguh baik-baik saja meski sepanjang hari itu Hugo menunjukkan senyum lebarnya.
"Aku dengar Joan Jordan cedera karena pertandingan tadi malam. Apa itu benar?"
Hugo mengangguk sambil menggoyangkan gelas winenya. Teringat kembali saat Joan memasuki ruang ganti pemain dengan berjalan sedikit pincang dan dipapah oleh Ivan, sang kapten kesebelasan.
"Yeah, tapi sepertinya cedera ringan. Mungkin hanya perlu istirahat satu atau dua minggu." Jawab Hugo penuh simpati.
"Setiap kali mendengar berita soal pemain cedera aku pasti selalu ingat wajahmu yang kesakitan di rumah sakit." Ujar Amaia sendu sambil menatap kakaknya, tapi Raoul hanya tersenyum kecil.
Tapi setelah kalimat Amaia, yang terdengar malah Mateo yang tampak meledakkan tawa, semua mata langsung menatap lelaki berrambut gelap itu.
"Lo siento, bukannya aku tidak memiliki empati. Tapi yang aku ingat saat kau cedera parah adalah sisi lain Raoul yang tak pernah aku lihat sebelumnya." Ujar Mateo masih menahan tawa.
"Apa? Ada apa?" Cecar Sara cepat yang begitu penasaran dengan sisi lain yang dimaksud Mateo.
"Hugo, kau jangan diam saja. Kau ingat kan saat ia dirumah sakit dan meneriakki kita semua?" Mateo menembakkan tatapan jenaka penuh tawa ke arah Hugo yang juga ternyata menahan senyum karena ia paham apa yang Mateo maksud. "Kau ingat kan?"
Hugo akhirnya meledakkan tawa, ia menutup matanya dengan kedua tangan yang bertumpu di meja, kedua bahunya naik dan turun dengan cepat.
"Kau ingat apa yang ia ucapkan? Biar aku ulangi..." Balas Hugo lagi sambil bersandar pada kursi makan, sesekali mencubit jembatan diantara kedua matanya sambil menahan tawa, lalu menarik nafas bersiap menirukan apa yang Raoul ucapkan, "Jangan pernah sekalipun berpikir aku tidak tau apa yang kalian lakukan. Berhenti bermalas-malasan dan mulai lah latihan!"
Mateo kembali meledakkan tawa saat mendengar Hugo menirukan suara dalam Raoul yang agak sedikit serak. "Kalian pikir latihan seperti itu bisa membawa kalian ke final?" Tambah Mateo masih menirukan suara Raoul.
Hugo dan Mateo kembali terus tertawa, Raoul sebagai bahan tertawaan kedua temannya yang lain juga tak dapat menahan diri untuk ikut tertawa saat diingatkan soal kenangan di masa remajanya. Ia ingat Amaia menegurnya karena teriakannya terdengar sampai lorong Rumah Sakit.
"Tapi itu bekerja kan? Kalian berlatih lebih lama kan?" Balas Raoul, membela diri.
"Tentu saja, kami tidak punya pilihan lain jika kau memiliki mata-mata pribadi di sekolah." Balas Mateo sambil melirik pada Amaia.
"Apa? Aku? Aku tidak melaporkan apapun. Kekasih barunya yang melaporkan itu." Balas Amaia, kini menatap Raoul yang duduk di depannya.
Raoul dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Bukan, gadis yang terobsesi padamu yang melakukannya. Siapa namanya?" Raoul menunjuk ke arah Hugo sambil menggumam lama, mencoba mengingat nama gadis yang dimaksud, "Florence, gadis itu kesal karena jam latihan tim sepak bola begitu singkat. Karena setelah latihan sepak bola selesai, kau... tuan tampan, akan langsung menuju kekasihmu yang lain, yang berasal dari sekolah berbeda. Siapa namanya Mateo?" Raoul menggumam, sebelah tangannya kini menunjuk kearah Mateo.

KAMU SEDANG MEMBACA
back to you
RomanceKamu bisa saja jatuh cinta berulang kali, namun cinta pertama selalu mendapat tempat di hati. Benarkah? ataukah cinta pertama hanyalah sedikit kebodohan dan banyak rasa ingin tahu? ✧༺🌹༻✧ Setelah putus d...