- 28 -

128 14 11
                                    

✧༺🌹༻✧

Sesampainya di apartemen, Mateo langsung menuju dapur untuk meneguk segelas air dengan cepat. Udara lembab Sevilla membuatnya terus berkeringat dan sekarang ia sungguh merasa haus karena dehidrasi. Mateo bersandar di meja dapur sambil memandangi Amaia yang terkulai di sofa, ia juga tampak kelelahan.

"Udaranya lembab sekali disini." Mateo menggerak-gerakkan kausnya untuk membuat udara masuk ke dalam pakaiannya. Kaus tipisnya nyaris basah seluruhnya oleh keringat.

Amaia tersenyum, "Aku pikir kau suka udara disini." Sementara Amaia yang sudah terbiasa dengan cuaca Sevilla tampak santai saja di atas sofa, meski wajahnya terlihat berminyak oleh sisa keringat yang sudah mengering.

"Yeah, di pagi hari. Seharian berada di luar membuatku terus berkeringat." Mateo mengisi gelasnya lagi dengan air dan meneguknya. Kali ini lebih tenang dari sebelumnya.

Mateo lalu menatap Amaia yang masih duduk di sofa, gadis itu belum minum air putih seharian. Mateo mengisi kembali gelasnya dengan air keran lalu melihat keluar jendela, melihat pasangan muda yang berpelukan dengan mesra, berciuman sekilas lalu kembali berjalan bergandengan di trotoar.

Seketika ia teringat dengan yang ia lakukan tadi malam pada Amaia hingga gadis itu ketakutan dan mengunci diri di kamar. Mateo juga menyadari Amaia bersikap cukup awas tadi pagi saat keduanya minum kopi bersama. Amaia tidak mau duduk di sampingnya dan Mateo asumsikan itu karena gadis itu ketakutan.

Aku tak bermaksud membuatnya ketakutan seperti itu.

Mateo mematikan air dan meletakkan gelas di sisi wastafel, mencari pasangan muda yang sebelumnya ia lihat, tapi mereka sudah menghilang di tikungan jalan.

Hubungan seharusnya seperti itu. Mudah, atas keinginan kedua belah pihak. Tapi dengan Amaia rasanya aku yang lebih menginginkannya.

Mateo merasakan getar di kantung celananya sambil membalikkan tubuh ke arah Amaia, ada pesan masuk dari Lorea.

Lorea Gonzalez
Aku baru berjalan-jalan di Museum Maritim dengan Aria. Semoga kau juga bersenang-senang disana.

Seutas senyum muncul di wajah Mateo, lalu menatap Amaia yang masih sibuk dengan ponselnya.

Benarkah aku menginginkan Amaia? Atau aku hanya terobsesi dengan gambaran yang pernah aku bayangkan bersamanya.

Mateo berjalan mendekati Amaia dan mengulurkan gelas berisi air pada gadis itu, "Minumlah, kau tidak banyak minum seharian ini."

Amaia bangkit dan menerima gelas dari Mateo, "Terima kasih." Gadis itu langsung meneguk isi di dalam gelas.

Mata Mateo menyusuri garis wajah Amaia, dimulai dari mata birunya yang menatap lurus ke dalam gelas, rahang tipis Amaia, hingga leher jenjangnya. Tak ada desir halus yang muncul seperti yang terjadi saat keduanya pergi ke Sunday Market.

Mateo menatap Amaia yang meletakkan gelas di meja, lalu meraih ponselnya yang berdenting beberapa kali. Perlahan senyum merekah di bibir gadis itu, dan bukan hanya bibirnya saja yang tersenyum, tapi mata biru gadis itu tampak membesar oleh rasa gembira.

"Hugo baru saja mengirim tiket untuk menonton ke pertandingannya." Ujar Amaia riang. "P22, baris ke-13. Itu area yang cukup strategis untuk menonton."

back to youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang