09-Tekateki Untuk Fauzan

2.8K 309 558
                                    

Assalamu'alaikum teman teman

Nungguin yaa?? Xixixixi


Jangan lupa sebelum baca kita bershalawat dulu sama Nabi

Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad

Udah baca Shalawatnya??

Jangan lupa Votee dan Komen yaa gays yaa..

Dan ada baiknya bila yang belum follow untuk memfollow dulu, agar ada notifikasi kalau aku Update.. hehhe

Happy Reading♡♡♡

Seorang gadis tengah duduk di kursi taman samping rumahnya. Angin malam yang dingin dia biarkan untuk menembus dirinya, kemudian gadis itu menatap ke arah langit yang sudah banyak di taburi bintang.

Di paksakannya untuk tersenyum, lalu menghembuskan nafasnya.

''Ya Allah,'' Gumamnya pelan dan tak terasa air matanya menetes.

Ayesha segera menundukkan kepalanya dan terisak.

Setelah merasa tenang. Ayesha kembali mendongakkan kepalanya.

''Udah Lama di jakarta tapi Umma gak pernah cerita apa- apa,'' Ucapnya sambil menatap ke arah jalan yang ramai dengan kendaraan.

''Bahkan gak ada tanda apapun juga. Kalau memang Abi tinggalnya di jakarta tapi kenapa Allah gak mempertemukan Humey dengannya?'' Ucap Ayesha di akhiri pertanyaan dan kembali menatap langit malam.

''Dan satu lagi Ya Allah. Humey kan udah bilang kalau Humey gak mau jatuh cinta lagi, kenapa rasa ini Kau tumbuhkan kembali pada orang yang berbeda? Humey itu gak pantas buat dia Ya Allah. Dia seorang Gus, sedangkan Humey? Abi aja gak tau, Humey anak siapa?'' Ucap Ayesha lalu menghapus air matanya yang terus mengalir.

Tangisannya kembali pecah saat ini juga. Ayesha merasa lelah dengan semua ini, niat awalnya mengajak Nadhira ke Jakarta adalah karena ingin mencari tau sosok Ayahnya tapi ternyata gak semudah yang Ayesha bayangkan.

Jakarta itu sangat luas dan Ayesha hanya mencarinya seorang diri. Kenapa Ayesha yakin kalau Abinya ada di Jakarta? Karena saat berada di Mesir Ayesha gak sengaja mendengar Nadhira yang berbicara dengan Syafa mengenai Jakarta.

Dan saat itu juga dirinya menyimpulkan kalau semua yang telah terjadi ada di Jakarta.

Hampir Satu tahun ini Ayesha berharap kalau Nadhira menceritakan sedikit saja tentang Jakarta tapi kenyataannya tidak sama sekali. Bahkan yang membuat Ayesha curiga ketika dia mengajak Nadhira untuk keliling Jakarta tapi Nadhira menolaknya dengan halus.

Tanpa Ayesha sadari Rayhan sejak tadi berdiri tak jauh darinya. Ngapain lagi kalau bukan ngawasi kembarannya itu.

Bahkan Rayhan mendengar semua yang Ayesha ucapkan.
Rayhan melirik jam yang melingkar di tangannya, sudah hampir satu jam dirinya berdiri di sini. Dan akhirnya Rayhan memutuskan untuk menghampiri Ayesha.

Menyadari kedatangan Rayhan, Ayesha segera menhentikan tangisannya dan menghapus air matanya.

Rayhan segera duduk di samping Ayesha dengan pandangan yang lurus ke depan.

''Nangis aja gak usah di tahan.'' Ucap Rayhan saat tau Ayesha menahan tangisannya.

Rayhan segera menghadap ke arah Ayesha lalu merentangkan tangannya. Ayesha yang paham itu langsung memeluk Rayhan dan menangis di sana.

Lauhul MahfudzkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang