57-Pemakaman

1.2K 114 30
                                    

Assalamu'alaikum teman-teman..

Jangan sebelum baca mari kita bershalawat kepada Nabi Muhammad
۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

***

Komen, Vote jangan lupa.

***

Acara selesai sebelum maghrib. Dan saat ini Aseeyah tengah menunggu Rayhan keluar dari kamar mandi, ntah laah apa yang Rayhan lakukan di sana membuat Aseeyah kesal menunggunya.

Baru saja Aseeyah akan keluar tapi Rayhan sudah membuka pintu kamar mandinya.

Setelah Rayhan keluar dari kamar mandi kini Aseeyah yang masuk kemudian mandi.

Rayhan melihat sekelilingnya, saat ini dia berada di kamar Aseeyah. Aneh, tapi itu lah kenyataan yang harus dia jalani.

Rayhan lalu duduk di sofa yang ada di dalam kamar Aseeyah. Lelah seharian nerima tamu.

Yang awalnya tidak memikirkan tentang nikah tapi tiba-tiba jadi.

Tidak membutuhkan waktu lama kini Aseeyah sudah keluar dari kamar mandi. Aseeyah menggunakan gamis dan kerudungnya.

Keduanya sama-sama terdiam. Ntah lah mungkin meraka juga bingung harus berbiacara apa dan ini juga pernikahan aneh.

''Ehmmm, shalat sunnah.'' Rayhan lalu berdiri.

Aseeyah paham yang Rayhan maksud adalah shalat sunnah yang memang harus di lakukan pengantin baru.

Aseeyah membuka lemarinya lalu mengambil dua sajadah, kemudian Aseeyah menggelarkan untuk Rayhan di depan dan untuk dirinya di belakang. Lalu Aseeyah memakai mukena nya.

''Allahu akbar,''

Aseeyah memejamkan matanya dan seketika air matanya mengalir di pipinya. Rasanya ini semua hanya mimpi, harusnya yang jadi imam di depan adalah Rayn bukan Rayhan.

Kembali membuka matanya lalu menghapus air matanya dan memulai shalatnya.

***

Dhela masih memeluk Hawa dan menenangkannya. Pulang dari rumah Aseeyah, Hawa tidak henti-hentinya menangis padahal dia sendiri yang nyuruh. Dan Dhela yang merasa kasihan berusaha untuk menangkan Hawa.

Bahkan Dhela juga ikut menangis saat ini. Dhela tahu, hati Hawa pasti sakit banget sekarang ini. Mau bagaimanapun saat itu Dhela di tolak Rayhan dan saat ini Dhela sudah melupakan Rayhan karena Rayhan mencintai Hawa. Tapi ujungnya kenapa jadi seperti ini.

Dhela menghapus air matanya. ''Hawa udah yaa nanti juga akan ada gantinya Gus Rayhan.''

Dhela melepaskan pelukkannya. ''Sekarang kita shalat maghrib jama'ah di masjid yaa.''

''Ka–''

''Ada kata-kata seperti ini. Kamu boleh menyebut namanya di dalam do'a tapi kamu juga harus siap kalau dia bukan jodoh kamu.''

''Berharap pada manusia hanya membuat kita kecewa kan?''

Hawa menatap Dhela, apa yang Dhela katakan semuanya benar. Dulu Hawa sering menyebut kan nama Rayhan di dalam do'a nya tapi Hawa gak pernah berpikir gimana kalau nanti Rayhan bukan jodohnya.

''Mau tenang kan? Baca Al-Qur'an yaa tar aku simakiin deh,'' ucap Dhela sambil tersenyum.

''Ma-makasih kak,''

Lauhul MahfudzkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang