1. Masalah sepele

143 10 5
                                    

happyy readingg alll<33

****

Pagi ini, Sila yang berdandan rapi itu berjalan menuju kelasnya. Kali ini ia tak sendiri, melainkan bersama dengan Yasya, teman sebangkunya.

Saat asik mengobrol, tiba-tiba seorang cowok menghampiri mereka dengan tampang cengengesannya.

"Ya ampun.. Pagi-pagi udah disuguhin 2 bidadari yang cantik jelita ini," ucapnya. Sementara Sila hanya memutar bola matanya malas.

"Terutama neng Yasya ini. Cantik banget sih ya ampun.. Pengen dinikahin aja." Duta menaik-turunkan alisnya.

"Lo nggak ada kerjaan lain yang lebih bermanfaat yang bisa lo lakuin pagi ini apa? Setidaknya jangan ganggu ketenangan orang gitu loh," omel Sila.

"Emang neng Yasya keganggu? Nggak kan? Lagian siapa juga yang godain lo, orang gue godain Yasya. PD lo!" balas Duta.

Meskipun itu hanya gurauan, tapi dihati Sila rasanya seperti agak teriris sedikit. Membuat ia diam.

"Mulut lo, Ta! Pengen gue plaster!"sahut Yasya.

"Loh, Yasya kok jadi sewot kayak Sila sih. Makanya jangan temenan sama Sila. Ketularan nanti," ucap Duta.

Tanpa mengatakan apapun, Sila melenggang sambil sedikit menabrak bahu Duta dengan ekspresi tak mengenakkan. Lantas Yasya menyusul langkahnya.

Duta menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Kayaknya gue salah ngomong deh."

****

Jam istirahat pertama tiba, semua murid langsung berbondong-bondong keluar kelas. Entah ke kantin, nongkrong di gazebo, atau hanya sekedar merilekskan pikiran.

"Ayo ke kantin, Sil," ajak Yasya.

"Males deh gue," decak Sila.

"Ya udah, gue laper mau ke kantin dulu ya. Nanti kalau mau nitip tinggal telfon aja," ucap Yasya.

"Iya," jawab Sila.

Lalu Yasya berjalan menuju kantin dengan teman-teman yang lain.

Sila menghela napasnya pelan dan menaruh kepalanya di meja sambil memejamkan mata. Belum ada beberapa menit, handphonenya berbunyi. Membuatnya kembali membuka mata.

Disana tertera chat dari seorang guru PpKN yang memintanya ke ruang guru untuk mengambil tugas. Karena nanti beliau tidak bisa masuk kelas sebab ada rapat.

"Mau tenang bentar aja susah ya," eluh Sila.

Meskipun mengeluh, namun Sila tetap menjalankan tugasnya sebagai sekretaris kelas.

Dengan wajah lesu, Sila berjalan menuju ruang guru. Tenang saja, tak banyak yang mengenal Sila. Karena ia bukan termasuk murid yang terkenal. Beda dengan Duta.

Meskipun dirinya dekat dengan Duta, namun Sila selalu tak acuh pada orang lain yang mungkin mengenalnya karena dekat dengan Duta. Lebih baik ia berpura-pura tak tahu saja.

Jujur, ia paling malas jika harus menyapa orang. Maka dari itu, lebih baik tidak ada yang mengenalnya.

Selesai dari ruang guru, Sila melewati lapangan. Terlihat jelas di sana beberapa anak laki-laki sedang bermain futsal. Ada satu cowok yang mencuri perhatian Sila. Siapa lagi kalau bukan Duta.

Karya Untuk DutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang