Setelah memakan bekalnya, Sila mendapat pesan dari wali kelas untuk mengambil jurnal harian di ruang TU sebelum bel masuk berbunyi. Yasya menawari Sila untuk menemani cewek itu. Namun Sila menolak, karena Yasya belum selesai makan.
Kondisi luar kelas lumayan sepi. Mungkin karena jam istirahat sudah dari tadi. Jadi mereka sudah di dalam kelas. Itu pikir Sila.
Namun tiba-tiba langkah kakinya dihadang oleh seseorang.
Sila memutar bola matanya malas. "Mau apa lagi lo?" ketusnya.
"Lo pasti heran kan, kenapa koridor udah sepi?" tanya Alfan.
"Basa basi," balas Sila. Ia hendak kembali melangkah, namun Alfan menahannya dengan memegang satu bahunya. "Apa sih!" sentak Sila.
"Eits, santai aja. Mereka semua ada di depan mading. Mendingan lo ke sana sekarang. Kalau nggak ke sana lo bakal nyesel," ucap Alfan dengan senyuman smirk. Lalu ia melenggang dari sana.
Awalnya Sila ingin tak mengacuhkan ucapan Alfan. Namun pikirannya berubah saat ada segerombolan adik kelas cewek yang menatapnya sinis.
"Kenapa sih?" monolog Sila.
Dari pada ia dihantui rasa penasaran, lebih baik ia pergi ke mading sekarang. Tak ia duga, ternyata benar apa kata Alfan. Di sana sangatlah ramai.
"Permisi-permisi!" Sila berusaha menerobos maju ke depan untuk melihat apa yang menjadi pusat perhatian mereka.
Saat melihat sesuatu yang tertempel di mading, tubuh Sila membeku. Dadanya serasa sesak. Ia ingin menangis sekarang.
"Oh jadi ini orang munafik?"
"Padahal kemarin baru aja ngebanggain sekolah. Ternyata attitudenya nol."
"Otak pintar, nggak menjamin attitudenya baik."
"Bisa-bisanya ngehack ig temennya sendiri."
"Dasar nggak tahu privasi."
Telinga Sila terasa panas mendengarkan hujatan dari orang-orang di sana. Matanya sudah memerah menahan emosi sekaligus amarah.
Tangan Sila terangkat untuk menyobek kertas yang tertempel itu. Yang menimbulkan sorakan dari mereka.
"HUUU!!"
"NGGAK TAHU MALU!"
"EMANG ATTITUDE NOL!"
Dengan langkah lebar, Sila pergi dari kerumunan itu. Ia tahu pasti siapa orang yang telah berbuat demikian. Ia berjalan cepat sembari tangannya meremas kertas yang telah ia sobek itu.
Dan ia tahu keberadaan si pelaku. Rooftop, pasti dia di sana untuk merokok.
Sorot matanya tajam, tangannya menggenggam kuat dengan membawa kertas rematan tadi. Kesabarannya sudah habis menghadapi cowok itu.
Sampai di rooftop, benar saja orang yang ia cari berada di sana. Sila langsung melempar wajah cowok yang sedang merokok dengan santai itu menggunakan kertas tadi.
Cowok itu terkejut dengan keberadaan Sila. Namun seketika ekspresinya berubah. Ia tersenyum miring. "Udah lihat kan?"
"MASALAH LO SAMA GUE APA SIH!" teriak Sila seraya mendorong bahu Alfan.
Alfan mengusap bahunya. "Santai aja sister.."
"BILANG SALAH GUE APA?! KENAPA LO JAHAT?!"
Alfan berjalan mendekati Sila. "Sekarang udah berani ya bentak-bentak? Baru minum obat penenang?"
"JAWAB GUE ANJING!" sela Sila dengan nada tinggi.
"Upss, kata-kata kasarnya mulai keluar ya?" sahut Alfan dengan ekspresi yang sangat menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karya Untuk Duta
Fiksi RemajaPersahabatan cowok cewek tanpa adanya perasaan salah satu atau keduanya itu bohong. Seperti halnya Sila, ia harus membohongi Duta, teman-temannya, dan perasaannya sendiri. Karena ia takut jika jujur, persahabatannya justru renggang. Sila tak mau hal...