26. Dia kembali

36 4 0
                                    

Ting

Perhatian mereka teralihkan pada notif handphone Duta yang tergeletak di meja bersama kopi dan asbak rokok.

Dahinya berkerut saat melihat isi chat dari nomor tak dikenal itu. "Shit!" umpatnya.

"Kenapa?" tanya mereka ingin tahu.

"Dugaan gue bener, ada yang berusaha hancurin hubungan gue sama Sila," ucap Duta.

"Maksudnya?" beo Fakhri.

Duta memperlihatkan layar handphonenya. Dan terlihat jelas apa yang telah dikirim oleh nomor tak dikenal itu.

"Anjing!"

Terpampang foto Sila di sana. Namun tak sendirian, melainkan bersama Andri. Terlihat Sila sedang memegang lengan Andri dengan erat. Yang memunculkan ekspresi beragam dari cowok-cowok itu.

"Tuh kan apa gue bilang. Dia nggak sepolos dan sependiam itu. Buktinya dia kayak gitu sama Andri," kompor Alfan.

"Jangan sembarang lo Fan, kalau ngomong!" peringat Fakhri. Dua tahun lebih menjadi teman sekelas Sila, ia tahu bagaimana sifat cewek itu.

"Ngapain ngebantah? Buktinya aja jelas di depan mata," sahut Alfan.

"Anjing! Beneran ada yang main-main sama gue," dengkus Duta.

Alfan menaikkan alisnya sebelah kala Yosan menatapnya sinis. "Jangan-jangan lo?" tuduh Yosan.

Seketika Alfan melotot. "Gue?" Ia tertawa sumbang. "Mata lo nggak lihat dari tadi gue di sini, handphone juga di meja. Gimana gue bisa ngirim foto itu?"

"Gue emang nggak suka sama cewek menye-menye itu. Tapi ya bodo amat. Ngapain juga gue ngurusin hidup dia. Bego lo pada," sambungnya.

"Namanya Sila!" sela Duta.

"Terserah gue mau manggil dia apa!" balas Alfan.

"Udah udah! Malah pada berantem!" bentak Yosan.

"Pokoknya secepatnya kita tahu siapa dalang dibalik semua ini!" Setelah mengatakan itu, Duta beranjak dari duduknya. Lebih baik ia pergi dari pada semakin lama semakin tersulut emosi karena Alfan.

"Gue cabut." Duta berjalan ke motornya.

"Lah? Kopi lo? Baru jadi noh!" teriak Fakhri.

"Minum aja!" balas Duta. Lantas ia menancap gas meninggalkan teman-temannya itu.

"Beneran bukan lo Fan?" tanya Vando.

"Bukan anjing!"

****

Firasat Duta benar, sudah ia duga akan ada tragedi di rumahnya malam ini. Makadari itu, ia memutuskan untuk pulang.

Di halaman rumahnya terdapat mobil sedan berwarna hitam keluaran lama. Dan di ambang pintu lebih tepatnya, terlihat banyak koper.

Kali ini ia harus lebih tenang, supaya semua masalah terselesaikan dengan baik. Sebelum masuk rumah, Duta mengambil napas panjang dan membuangnya perlahan.

Dengan langkah yakin, Duta berjalan masuk ke dalam rumah sederhananya itu.

"Nah ini yang ditunggu-tunggu pulang," ujar seorang pria berumur 25 tahun itu. Ia menghampiri dan menepuk pundak Duta dengan ekspresi meremehkan.

Karya Untuk DutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang