Duta memutuskan akan mengantar Sila pulang. Ia meminta cewek itu untuk menunggunya di gazebo dekat tempat parkir. Sementara dirinya akan memberikan kunci motornya kepada Fakhri. Dan meminta Fakhri untuk menjemputnya di rumah Sila nanti.
Kini Sila duduk diam di gazebo. Yasya ingin menemaninya, namun cewek itu harus pergi ke ruang OSIS untuk rapat. Alhasil Sila sendiri.
Kedua matanya memandangi motor-motor berseliweran keluar pekarangan sekolah. Namun, seketika perhatiannya teralihkan pada seorang cewek yang berjalan mendekatinya dengan wajah angkuh.
"Hai cewek munafik," sapanya sembari tersenyum dan melambaikan tangan.
Sila memutar bola matanya malas.
"Akhirnya kelihatan busuknya lo. Itu yang dinamakan karma Sila. Kalau lo nggak dikasih karma gini, lo nggak akan sadar. Denger ya, lo itu ngehalangin Duta buat dapat cewek lagi," ujar Maya panjang.
"Gue nggak pernah ngehalangin Duta buat deket sama cewek," sahut Sila tak terima.
"Lo nggak ngerasa, karena dipikiran lo, lo merasa spesial di mata Duta. Padahal nggak. Duta nggak sebaik itu bisa sama satu cewek. Bahkan pas gue pacaran sama dia, teman cewek chatnya bukan lo doang. Coba lihat whatsappnya," balas Maya.
"Gue tahu kok. Gue cuma temannya. Gue nggak ada hak buat larang dia chatan sama cewek lain. Terserah dia mau chat sama siapapun," ucap Sila.
Maya tersenyum miring. "Oh ya? Terus tujuan lo sadap instagram Duta buat apa?" Ia terkekeh sebelum melanjutkan perkataannya. "Kita sama-sama cewek. Gue tahu lo suka sama Duta."
"Jangan sok tahu!" elak Sila.
Maya menggeleng pelan. "Dari muka lo aja udah kelihatan. Jangan muka dua. Gue yakin, habis ini lo pasti dibuang sama Duta."
"Lo yang gue buang!" Duta mendorong bahu Maya agar lebih menjauh dari Sila. "Instagram gue ada di hp Sila, gue sendiri yang log in karena hp gue rusak. Jangan kemakan gosip!" ketusnya.
"Ayo Sil." Duta menggandeng tangan Sila pergi dari sana.
Sila melayangkan tatapan sinis nan meremehkan kepada Maya.
"Anjing tuh cewek!" umpat Maya bergumam.
****
Duta memarkirkan motor Sila di halaman rumah cewek itu. Sila turun dari jok belakang, tak lupa melepas helmnya.
"Masuk dulu ya," ajak Sila.
"Boleh." Duta memberikan kunci motor kepada si pemilik.
Sila berjalan untuk membuka pintu. Namun, ternyata pintunya terkunci. "Loh kok di kunci?"
"Kenapa Sil?" tanya Duta.
Sila memukul kepalanya sendiri meratapi kebodohan. "Ayah, bunda, sama Sagara pergi ke rumah temennya bunda. Kayaknya mereka baru berangkat deh. Gue juga lupa, tadi udah disuruh bunda bawa kunci, tapi gue lupa bawa," jelasnya.
Duta menertawakan sahabatnya itu. Sungguh malang nasibnya.
"Kok diketawain sih!" protes Sila.
"Lo lucu soalnya. Ya udah, gue di sini nemenin lo sampai ayah bunda pulang," balas Duta.
"Ya kali?! Pulangnya pasti malam. Orang mereka baru berangkat pasti, habis ayah sama Sagara pulang," pungkas Sila.
"Ya nggak papa dong. Di teras juga ada kursi kok." Duta mendudukkan tubuhnya di kursi kayu yang ada teras rumah Sila.
"Terus nggak gue suguhin apa-apa gitu?" sahut Sila.
"Kan suguhannya lo," goda Duta seraya menaik-naikkan alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karya Untuk Duta
Teen FictionPersahabatan cowok cewek tanpa adanya perasaan salah satu atau keduanya itu bohong. Seperti halnya Sila, ia harus membohongi Duta, teman-temannya, dan perasaannya sendiri. Karena ia takut jika jujur, persahabatannya justru renggang. Sila tak mau hal...