"Duta."
Si pemilik nama mengerutkan kening. Suara itu?"
"Sila?" Ia langsung menoleh dengan senyuman. Namun seketika luntur saat nelihat siapa sosok yang baru saja memanggilnya.
Cewek itu terkekeh. "Sila? Gue Kania."
Duta mengusap wajahnya. "Sorry-sorry."
Tanpa izin, Kania duduk di samping Duta. Yang berjarak hanya sekitar 10 cm.
"Lo lagi sedih ya?"
"Dari mana lo tahu tempat ini?" Alih-alih menjawab, Duta justru melontarkan pertanyaan kembali.
"Ini kan tempat umum," balas Kania.
"Lokasinya tersembunyi. Masih jarang juga orang ke sini. Lagian ini jauh banget dari rumah lo. Apalagi malam-malam," sahut Duta.
"Eee gue cari-cari di instagram, tempat yang cocok buat healing. Terus tadi gue lewat di jalan raya depan. Dan mutusin buat mampir ke sini. Ternyata malah ketemu lo," jelas Kania.
Duta diam, tak merespon Kania. Hingga suasana hening sejenak. Hanya suara-suara jangkrik yang terdengar di telinga.
"Lo ada masalah ya?" sahut Kania memecahkan keheningan.
"Bukan urusan lo," balas Duta dengan nada datar.
"Ya kalau lo butuh tempat cerita, gue bisa kok jadi tempat cerita lo. Atau mungkin lo ada masalah sama Sila?" ujar Kania.
Mata Duta terpejam sejenak, untuk mengontrol emosinya. "Lo bisa nggak sih, nggak nyerocos?" ketusnya.
"Sayangnya nggak bisa. Gue nggak bisa lihat orang sedih," pangkas Kania.
"Ta." Kania mencoba meraih tangan Duta dan menggenggamnya. "Ucapan gue masih sama. Gue mau kok jadi pacar lo."
"Emangnya gue pernah nembak lo?" sahut Duta.
"Lo emang nggak pernah nembak gue. Tapi gue tahu, kalau lo merasa nyaman di dekat gue waktu SMP. Sampai-sampai lo nyari tahu kenapa gue harus pindah ke Bekasi."
Kania tersenyum penuh arti.
"Dan gue juga tahu, kalau waktu itu lo nggak nerima gue karena Sila. Dan yang gue tahu lagi, lo sama Sila lagi ada masalah kan? Jadi masa lo nggak nyari yang lain?" lanjutnya.
Duta menatap Kania lekat. "Nggak ada yang bisa gantiin Sila. Dan apapun masalah gue sama Sila, nggak ada orang yang berhak ikut campur," ucap Duta penuh tekanan. Lantas ia menghempaskan genggaman Kania.
"Oh ya. Masa lalu nggak usah diungkit-ungkit. Gue udah bukan Duta yang dulu. Dan satu lagi, lo jangan ke sini lagi. Gue nggak suka," sambungnya.
Lalu ia meninggalkan Kania sendirian di sana. Terlihat cewek itu tengah emosi sekarang. Giginya mengertak dan tangannya mengepal.
"Anjing lo Sila!"
****
Pagi ini, Sila berangkat jauh lebih pagi dari biasanya. Karena hari ini adalah hari dimana ia lomba dan mengerahkan semua kemampuannya, serta materi-materi yang sudah dipelajari selama kurang lebih 1 bulan ini.
Namun, Sila sangat jauh dari kata baik-baik saja. Lihatlah penampilannya sekarang. Bajunya memang rapi, tapi mukanya sangat lesu. Ia sudah memakai make up tipis, tapi masih pucat. Memang kenyataan tak bisa berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karya Untuk Duta
Teen FictionPersahabatan cowok cewek tanpa adanya perasaan salah satu atau keduanya itu bohong. Seperti halnya Sila, ia harus membohongi Duta, teman-temannya, dan perasaannya sendiri. Karena ia takut jika jujur, persahabatannya justru renggang. Sila tak mau hal...