37. Hancur

37 4 0
                                    

Tak disadari, Duta tersenyum. Ia bangga dengan pencapaian cewek itu. Karena ia tahu bagaimana perjuangan Sila selama ini.

"Gue bangga Sil. Congrats."

Setelah menyukai postingan itu, Duta kembali membuka roomchatnya bersama Sila.

"Gue chat nggak ya? Tapi gue masih kecewa."

"ARGHH!"

Duta tersentak kaget saat mendengar suara erangan dari luar kamarnya. Membuatnya langsung beranjak dari tempat tidur.

"Ada apa, mas?" tanya Sarah khawatir melihat suaminya yang disuluti emosi.

"Ada apa sih, Yah?" Kini berganti Duta yang bertanya.

"Ayah kena tipu! Semua kebun teh ayah udah alih tangan," jawab Sardi dengan geram.

Duta dan Sarah terkejut. "Gimana bisa Yah?" tanya Duta. Seketika jantungnya berdegup lebih cepat.

"Beberapa hari lalu ayah tanda tangan perjanjian kerja sama. Tapi ternyata itu surat peralihan kepemilikan. Ayah ditipu, Duta.. Ayah nggak tahu lagi harus kerja apa. Ayah bangkrut.." Sardi memukuli kepalanya sendiri. Pria itu sangat marah pada dirinya sendiri.

"Mas!"

"Ayah!"

Teriak Duta dan Sarah bersamaan saat melihat Sardi yang tiba-tiba memukuli kepalanya sendiri. Anak dan istri itu langsung memeluknya.

Duta pun tak bisa menahan tangisannya karena melihat kondisi ayahnya yang sangat kacau. "Yang sabar Yah.. Jangan sakiti badan ayah sendiri.."

"Iya mas.. Kita hadapi ini semua bersama. Kita harus yakin, ini hanya cobaan sementara buat kita. Kita harus banyak-banyak berdo'a sama Allah.." tutur Sarah dengan suara lirih dan bergetar karena menahan isakan. Ia harus tegar demi keluarganya.

"Ayah nggak tahu mau kerja apa.. Ayah udah sakit-sakitan," ujar Sardi lirih.

"Percaya aja mas.. Kita bisa lalui ini semua. Pasti ada jalannya.." sahut Sarah meyakinkan.

"Kalau ibu yakin, kita juga harus yakin, Yah," ucap Duta.

Sardi mengangguk lemah. "Makasih ya, kalian udah sabar menghadapi ayah.."

Pelukan keluarga itu semakin erat. Dunia Duta seakan runtuh melihat keadaan keluarganya sekarang. Apalagi sahabatnya sudah mengecewakannya. Lalu, pada siapa Duta harus bersandar dan menceritakan semua keluh kesah?

****

Pagi ini, Sila sudah berdandan rapi lengkap dengan seragam putih abu-abunya. Ia sangat bahagia hari ini, bagaimana tidak, khayalannya kini menjadi kenyataan. Berjalan di red carpet dengan kibasan angin. Ah tidak, itu terlalu lebay.

Sudahlah, daripada terus berkhayal, lebih baik ia segera berangkat ke sekolah. Tak lupa berpamitan dengan kedua orang tuanya.

Sepanjang perjalanan, Sila mengendarai motor maticnya sembari bersenandung ria. Seolah ia melupakan semua masalahnya dengan Duta. Bukan seolah, tetapi ia sedang berusaha baik-baik saja.

Sesampainya di pekarangan sekolah, Sila dikejutkan dengan fotonya yang terpampang jelas di banner depan gapura.

"Itu foto gue?" monolog Sila tak menyangka.

Karya Untuk DutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang