28. Teman Lama

16 3 0
                                    

"Eh makanan kita dingin," celetuk Duta menyadarkan Sila.

"Ya Ampun.. Kok bisa lupa sih punya makanan. Jadi dingin deh," balas Sila sembari tertawa kecil.

Duta pun menyahut tawa Sila. "Ini yang salah kita apa makanannya ya?"

Alhasil mereka memakan makanan yang sudah dingin itu. Tapi meskipun dingin, ini masih nikmat di lidah Sila karena ia makan bersama orang yang ia sayang.

"Btw, Sil. Gue juga mau curhat deh," ucap Duta.

"Curhat apa?" sahut Sila.

"Kayaknya gue suka sama seseorang deh."

Napas Sila tercekat. Giginya pun langsung berhenti mengunyah makanan. Namun tak lama ia terkekeh. "Ya bagus dong, lo udah move on. Tapi ingat kata gue. Jangan jadiin dia mainan lo. Lo harus tobat Duta."

Cemburu berkedok tuturan. Bagaimanapun juga jangan sampai Duta tahu jika ia menyimpan perasaan untuk cowok itu.

"Iya Sila.. Gue berusaha berubah kok. Gue nggak bakal mainin perasaan cewek lagi. Dan gue rasa sebenarnya dia ada rasa sama gue. Tapi dia gengsi," ucap Duta.

Jantung Sila seolah berhenti berdetak sesaat. Maksud Duta apa? Apakah yang cowok itu maksud adalah dirinya. Tidak-tidak ia tak boleh terlalu percaya diri.

"Jangan ke-PD an. Emangnya lo udah deket sama tuh cewek?" balas Sila sembari berusaha menormalkan ekspresinya. Ia pun juga bingung. Antara senang jika itu memang dia. Ataukah sedih jika itu bukan dia.

"Udah sih," jawab Duta.

Alis Sila tertaut. "Kok lo diam-diam aja?"

"Ya gue diam-diam karena takutnya nggak jadi," kata Duta.

"Lah ini bilang ke gue," pungkas Sila.

"Kan nggak gue sebut namanya. Harusnya aman kan?" balas Duta.

"Oh.." balas Sila singkat. Karena jujur, ia tak tahu harus membalas seperti apa lagi. Sila benci dengan dirinya jika sudah berada di posisi seperti ini.

"Lo nggak mau tanya gitu namanya siapa?" pancing Duta.

Sila tertawa kecil. "Emangnya lo bakalan jawab? Nggak kan?"

"Iya juga sih. Tapi lo kenal kok sama dia," ujar Duta.

Lagi dan lagi Sila dibuat tercengah oleh pernyataan Duta. "Kenal?" beonya. Sungguh, Duta seperti mengobrak-abrik hatinya.

Duta manggut-manggut. "Nanti tahu sendiri deh, kalau udah jadi, hehe."

"Terserah lo deh, Ta. Asalkan lo nggak mainin perasaan dia aja. Karena gue sebagai cewek, gue tahu persis gimana rasanya dimainin," tutur Sila.

"Siap ibu negara!" seru Duta.

****

Sila membanting tubuhnya di kasur. Ia menghadap ke langit-langit kamarnya. Rasanya seperti ingin menangis saja. Kepalanya terasa pusing sekali memikirkan siapa cewek yang dimaksud Duta.

"Siapa sih cewek yang dimaksud Duta? Bikin gue kepikiran aja!"

"Gue kenal? Siapa ya? Kenalan gue kan ya banyak. Terus gue curigain satu-satu gitu?"

"Tapi gimana kalau ternyata gue? Eh nggak-nggak!" Sila memukuli kepalanya sendiri. "Nggak mungkin. Emang selama ini gue menunjukkan sikap kalau gue suka sama dia? Nggak kan?"

"Pokoknya gue harus cari tahu, tapi gimana caranya?"

Sila kembali teringat, jika instagram Duta masih berada di handphonenya. Ia membuka aplikasi itu, dan masuk ke akun Duta. Ia tahu ini salah, tapi ia harus melakukan itu.

Karya Untuk DutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang